70. SAINS COMPETITION

2.9K 447 47
                                    

Haiii.... Siapa yang kangen Luna?
Tapi maap dia udah pergi.

Vote dulu sebelum baca lebih baik. Hehe.

Jangan lupa share cerita Alana ke temen-temen kalian yak, buat petualangan seru di cerita ini.

Tandai typo oke 👌

Happy reading....!! 🙌

•AL•La•Na•

Tanggal 25 Desember, area Jakarta bagian Timur kini sudah dibanjiri lautan manusia. Stadion Cempaka yang terletak 15 meter dari SMA Sanjaya dijadikan tempat tahunan acara perayaan kelahiran Isaac Newton sang superstar bapak ilmuan besar dalam sejarah.

SMA Sanjaya tidak diliburkan pada tanggal merah ini, mereka sengaja diintruksikan agar menjadi suporter dua prince sekolahnya dalam kompetisi ini. Seluruh peserta dari berbagai sekolah di Jakarta kini sudah saling maju menampilkan potensinya masing-masing. Dari SMA Sanjaya, SMA Garuda, SMA Andromeda, SMA Airlangga, SMA Cakrawiyasa, SMA 1 sampai 56 Jakarta, hingga sekolah Negeri dan Swasta menjadi satu dalam panggung kompetisi sains.

Konteks pidato bahasa Indonesia disajikan lebih awal, hingga membuat Abraham lebih tenang karena sudah menampilkan aksinya diatas panggung. Para hadirin dari siswa-siswi, guru-guru, para juri, hingga para pejabat ikut menghadiri acara tahunan ini.

"Deg-degan gak Ham?" Tanya Alana di samping Abraham yang kini sedang meneguk sebotol floridina segar itu.

"Biasa aja sih." Jawabnya. Kemudian ia membalas senyuman Nashwa yang tadi menyapanya dari seberang tribun.

Alana terus memainkan ponsel miliknya yang baru. Disampingnya sudah ada Aryo, Amir, Upil dan yang lainnya anak-anak Mipa 5. Mereka terus saja berteriak heboh menyaksikan para murid-murid genius yang dengan fashihnya menggunakan bahasa inggris.

"Anjrit gila tuh cowok udah ganteng, suaranya lantang, tegas, lanyah banget lagi ngomong nya pake inggris. Dari sekolah mana sih tuh cowok. Ck, ah!" Mata Upil berbinar tak karuan melihat sosok remaja lelaki yang sedang berpidato bahasa Inggris di depan sana.

"Mata lo dijaga bego! Semua peserta lo puji-puji. Sebenernya lo dukung siapa sih?!" Amir kesal.

"Ya dukung sekolah gue lah. Tapi kan kita berhak dong ngasih apresiasi sama mereka."

"Apresiasi lo berlebihan, apalagi cowok." Gumam Aryo, dengan lirikan sinis.

"Cemburu Yo?" Tanya Alana tanpa mau mengalihkan pandangannya dari benda pipih digenggamannya itu.

"Bukannya cemburu, tapi kan gue cowok, gue juga mau dipuji-puji gitu lah."

"Sama aja koplok!" Amir menoyor samping kepala Aryo. "Puji sama gue aja dah, Mas Aryo ganteng buanget siii, eummmm adek jadi makin suka sama abwang." Amir memonyongkan bibirnya di depan Aryo, layaknya Bimoli (Bibir Monyong Lima Centi).

"Najis Homo lo!" Johan bergidik ngeri melihat tingkah teman tololnya itu. "Ris, nih pawang lo selingkuh sama Aryo!"

Riska hanya mendengus kesal pada teman-temannya yang sedari kemarin terus menggodanya. Iya dia suka, tapi tidak mau berlebihan.

"Aryo itu bukan ganteng, tapi keren." Upil berbisik ditelinga Aryo, membuat cowok itu langsung menoleh. Menatap netra coklat milik Upil begitu intens.

"Gak kok, bercanda." Upil tertawa kecil seraya menampol lengan Aryo. Ia tidak mau terlihat begitu berharap di depannya, tapi sungguh ucapannya tadi memang serius.

Abraham menoleh ke samping kanan, ia melihat Ayyan yang sedari tadi hanya diam saja dengan pose duduk menumpukkan kedua sikunya pada lutut kaki, jari-jemari kekarnya yang sudah berbalut sapu tangan putih itu saling bertaut, khas anak lelaki.

Al La Na [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang