Perjalanan kisahku bersama Ayyan tidak sampai di sini. Hanya saja masa putih abu-abu ku sudah mencapai batas minimal 3 tahun.Aku tidak pernah mengira kalau dalam perjalanan ini banyak tantangan dan hal menarik yang bisa menjadikan pengalaman untukku.
Pengorbanan yang saudari kembarku lakukan, tidak akan pernah bisa aku lupakan sekalipun. Dia adalah separuh napasku yang sesungguhnya. Tanpa paru-paru miliknya, aku mungkin sudah tak bisa menatap dunia.
Sampai pada titik kesuksesanku menjadi seorang penulis, Ayyan lelaki tampan yang berhasil membuatku nyaman selalu menemani setiap malam saat aku berkutat dengan laptop.
Aku berhasil menorehkan nama teman-teman seperjuanganku dan merajut kisah mereka untuk dikenang sejarah.
Untuk kalian yang membaca kisah abu-abu ku, jangan pernah lupakan kalau setiap manusia akan mendapat porsi nasibnya masing-masing. Aku tidak bisa mengatakan kalau kisah ini berakhir bahagia ataupun sedih. Yang pasti semuanya sudah diatur Sang Kuasa dalam menentukan alur jalannya cerita untuk Hamba-Nya.
Alana Rinjani.
"Kenapa gak dilanjut sampe kita kuliah?"
Alana terkejut saat mendapat pertanyaan dengan suara berat itu. Buru-buru ia menutup laptopnya yang baru saja digunakan untuk mengetik ceritanya.
"Hei kok kaget gitu? Kenapa gak dilanjut?" Tanya Ayyan dengan posisi duduk di sampingnya.
Cowok itu masih menggunakan jas almamater Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma. Sebuah perguruan tinggi di Jakarta Timur yang berada di bawah naungan TNI Angkatan Udara, terletak di kawasan Bandara Halim.
Ayyan, cowok genius lulusan SMA Sanjaya itu telah mengambil fakultas teknik penerbangan di Universitas ini--mengejar cita-citanya yang ingin melanjutkan perjuangan Thakur Jogikato.
Berbeda dengan Alana, gadis cantik mantan cewek tomboy berandal di SMA nya dulu. Kini melanjutkan pendidikannya di Universitas Negeri Jakarta, mengambil fakultas Sastra. Sebuah kampus sebagai wadah pencetak lulusan-lulusan berkompeten dan terbaik di Indonesia.
Tadi saat jam kuliahnya selesai, seperti biasa Ayyan akan menjemput Alana pulang. Hal itu biasa ia lakukan--berangkat pulang bersama meski jarak kedua kampusnya cukup jauh. Namun, saat ini ada jam seminar penerbangan bagi kelas Ayyan. Jadilah ia minta agar Alana berkenan menunggunya di taman Universitas Dirgantara, barang beberapa menit.
Untuk mengisi kebosanannya, Alana melanjutkan aktivitas menulis cerita hidupnya di laptop. Yang rencananya ingin ia cetak menjadi buku seperti karyanya yang lain, yang sudah berjajar rapih di rak buku Gramedia.
"Kamu, sejak kapan ada disini? Seminarnya udah selesai?" Tanya Alana yang tidak mengetahui kedatangan Ayyan.
"Sejak kamu nulis bagian epilog cerita."
"Kamu baca?" Tanya Alana malu.
Ayyan tersenyum seraya menyelipkan beberapa rambut ke belakang telinga Alana. "Kenapa cuma sampe kita lulus SMA? Padahal banyak kisah bahagia saat kita kuliah seperti sekarang."
"Malu Yan."
"Loh kenapa malu?" Kekeh Ayyan. "Kamu ini, kapan berhenti ngomong malu didepan saya kalo saya nanya."
Ketahuilah, semenjak memasuki perguruan tinggi. Gadis cantik yang menyandang nama Alana Rinjani ini telah kembali 180° menjadi sosok elegan dan feminim seperti dulu saat SMP. Kebiasaan berkata kasar sudah tidak lagi menjadi makanannya. Hal itu semakin membuat Ayyan jatuh cinta bekali-kali lipat. Namun, hingga kini keduanya belum menjalin kasih kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Al La Na [END] ✔
Fiksi Remaja⚠WARNING!⚠ 13 Teror paling bersejarah yang melanda SMA Sanjaya itu semata-mata bukan rekayasa. Tapi, sebuah rencana yang nyata adanya. Alana Rinjani, berandalan terganas milik SMA Sanjaya yang hidupnya penuh keceriaan dan kenakalan. Kini telah dilum...