Chapter 10

152K 13.4K 364
                                    

Alangkah baiknya sebelum membaca, memberi vote dulu biar nggak lupa wkwk

Happy Reading♡

"Lagi makan sawi goreng."

********

"Asli! Gue pengen banget nyekek pala lo Sen!" Tangan Genta terus bergerak tapi dengan mulut yang selalu berkomat kamit.

"Kenapa nggak leher aja Gen?" Celetuk Ragael.

"Leher udah terlalu mainstream, gue mau coba yang baru."

"Biar sekalian dia kena gagal ginjal." Lanjutnya, menatap Seno dengan kesal.

Ragael menaikkan sebelah alisnya bingung." Kok gagal ginjal? Bukannya kena Maag?"

"Oh iya salah, maksudnya kena nyeri sendi." Ucap Genta membenarkan.

"Maksud lo kesemutan kali." Ucap Ragael lagi.

Seno menatap kedua sahabatnya dengan miris, telapak tangannya sudah keriput bak orang tua." Nggak sekalian kena jantungan? Biar mati aja, capek gue."

"Kenapa jadi lo yang ngeluh?! Harusnya kita yang protes sama lo, ini semua kan gara gara lo!" Genta berseru dengan kesal, dia memindahkan gelas dan piring secaea kasar.

"Kenapa jadi gue yang disalahin?! Lo nggak liat nih tangan gue, udah kaya penuaan dini!" Ucap Seno tidak kalah kesal.

"Harusnya ini semua lo yang kerjain!"

"Woy! Sembarangan lo kampret!"

"Coy! Gantian napa! Kalian gantian ngepel gue rebahan!" Cetus Ragael.

"Rebahan gundulmu! Lo nggak liat ini kerjaan numpuk seabrek?! Sengaja ini mesti Reni, mulangin semua karyawannya." Gerutu Seno.

"Ini semua juga gara gara ayam lo! Liat tuh, dia yang jadi tersangka tapi malah enak enakan rebahan nyantuy." Ragael menunjuk Coki yang sedang rebahan santai dikandang burung.

Seno mendengus kesal." Kalau aja dia bukan anak gue, udah gue goreng dia."

"Ini kenapa piring sama gelasnya nggak habis habis sih?! Pelanggannya kak Reni pada rakus semua kayanya." Gerutu Genta lagi.

"Ngeluh terooss! Bersyukurnya kapan?" Reni tiba tiba datang, dia bersedekap dada sambil menyindir mereka bertiga.

"Apanya yang harus disyukuri? Tega lo kak." Ucap Genta.

"Tau nih si Reni, nggak punya hati dia! Pantes aja bang Libra ngeluh nggak pernah dicintai."

Reni melotot mendengar ucapan Seno, dia melemparkan centong nasi kearah Seno.

"Heh Biji duren! Kalau gue nggak cinta sama Libra, ngapain nih bocil ada hah?!" Ucapnya sambil menunjuk perutnya.

"Ya bisa aja kan, bang libra nggak tahan terus melakukan pemaksaan."

"Ngadi ngadi lo! Lagian nih ya, harusnya kalian tuh bersyukur ya gue cuma nyuruh kalian cuci piring sama ngepel! Emang kalian mau gantiin piring, gelas sama kursi kursi yang patah karena kalian ambrukin?! Ngeluarin duit buat makan aja pelit, apalagi buat ganti rugi!" Ucap Reni panjang lebar, sambil menunjuk mereka satu persatu.

"Lihat tuh, Zearo sama Garvin! Mereka anteng anteng aja tuh ngerjain hukumannya, nggak kaya kalian yang banyak protes!" Pandangan mereka beralih menatap Zearo dan Garvin yang sedang membereskan kursi dan meja meja.

Seno mendengus." Gimana nggak protes Reni Markoni! Lo kasih dia hukuman semudah itu?!"

"Kak Reni pilih kasih nih, nggak adil!" Ragael cemberut, masih dengan mengepel maju mundur.

GARVIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang