Chapter 21

105K 10.9K 746
                                    

Sebelum membaca alangkah baiknya memberi vote dulu biar nggak lupa wkwk

Happy Reading♡

"Punggung Rubby sakit Daraa."

******

Bel pulang baru saja berbunyi, Rubby segera membereskan alat tulisnya dan memasukan kedalam tas, dia melirik Garvin sebentar, tapi ternyata Garvin sudah keluar terlebih dahulu, cepat sekali.

Setelah berberes Rubby segera menghampiri meja kedua temannya.

"Dara, Sisil kalian udah belum?" Tanya Rubby, kemudian duduk dimeja depan Dara.

"Sisil masih nyatet." Jawab Dara sedikit kesal, iya kesal karena waktu pulangnya harus tertunda karena Sisil. Ya walaupun nantinya dia akan ke Rumah Rubby.

Rubby diam, dia memilih memainkan game memasak diponselnya. Sedangkan Sisil masih mencatat catatan bahasa indonesia.

Sepuluh menit berlalu tapi Sisil belum juga selesai, membuat Dara dan Rubby mulai jengah menunggu.

"Sisil ayo dong! Yang cepet dikit nyatetnya." Keluh Rubby.

"Sabar elah! Capek gue nyatetnya!"

"Makanya kalau disuruh nyatet itu ya nyatet, lah lo malah diem diem main hape." Cibir Dara.

"Sisil tau nggak? Perbedaannya Sisil sama siput?" Tanya Rubby tiba tiba.

"Ya tau lah! Gue cantik sedangkan siput jelek." Jawaban narsis Sisil membuat Dara mendengus geli.

Rubby menggeleng." Bukan Sisil, kalian itu nggak ada bedanya, sama sama lambat." Ucap Rubby tanpa rasa bersalah.

Sisil mendelik." Sialan! Diem nggak lo, atau ni pulpen masuk ke hidung lo!" Sisil menunjukkan pulpennya dengan kesal.

"Kenapa harus kehidung Rubby? Kenapa nggak kuping? Atau mulut? Atau ke Hidung Dara aja." Rubby tersenyum polos.

Dara melotot." Ngapain jadi gue anjir!"

"Sil, cepetan elah! Lama banget sih nulisnya." Lanjut Dara.

Sisil menggebrak pelan mejanya, kemudian menelungkupkan kepalanya pada meja dengan wajah nelangsa.

"Huhu! Kalian bantuin kek! Jangan bacot muluu. Gue udah capek sialan! Kalian nggak liat tulisan gue makin lama kaya tulisan dokter!" Keluh Sisil dengan sedikit merengek. Sungguh dia capek, sepertinya jarinya itu cidera karena tidak pemanasan saat senam jari.

Rubby dan Dara mengamati tulisan Sisil, memang benar tulisan itu dari awal rapi tapi makin kebawah malah seperti ceker ayam. Rubby tertawa geli dan melihat Sisil dengan kasihan.

"Sabar Sisil, semua ada hikmahnya." Ucap Rubby sok bijak.

"Bodo ah! Nggak ngurus lagi sama catetan. Ayo pulang!"

Rubby tersenyum lebar." Nah gitu dong! Rubby juga capek tau nunggu."

🍓🍓🍓🍓

Mereka bertiga sampai diparkiran sekolah yang sudah sepi, hanya tersisa beberapa kendaraan termasuk motor Dara dan Sisil.

Melihat motor Dara membuat mata Rubby berbinar binar. Dia ingin menaiki motor itu lagi.

"Daraa, Rubby pengen naik motor lagi boleh?" Rubby menoleh pada Dara dengan mata berbinar tapi kemudian wajahnya berubah cemberut saat Dara melototinya tajam.

"Apa lo?! Bilang itu sekali lagi gue buang lo ketengah jalan, mau?"

Rubby menggembungkan pipinya." Dara jahat ih!"

GARVIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang