Chapter 42

91.8K 11.4K 4K
                                    

Vote dan komennya yuk~

Happy Reading♡

Happy Reading♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Papa Deno, setelah kemarin kalian hujat wkwk)

"Kalau gitu, bentuk bulannya kaya pisang aja!"

********

Rubby duduk dikursi taman belakang rumahnya, kakinya berayun ayun dengan riang. Ada senyum kecil yang terukir saat matanya menatap sebuah benda yang berada digenggaman tangannya.

Sebuah kalung berbandul bulan sabit.

Rubby mendongak, menatap langit malam yang terlihat gelap tanpa adanya satu bintang sedikitpun. Senyumnya menyurut digantikan wajah cemberut.

"Rubby kangen Ayahh, kata Bunda kalau mau liat ayah, dari bintang yang paling terang. Tapi sekarang nggak ada bintangg, berarti Ayah lagi nggak liatin Rubby ya?"

"Ayah lagi apa sekarang? Disitu ada bidadari nggak Ayah? Nanti Bunda marah lohh."

"Kalung yang ayah kasih masih ada, masih cantik kaya Rubby hehe."

Rubby menatap kalung itu lagi, kalung pemberian sang ayah ketika dia berumur delapan tahun.

Flashback on

"AYAHHH!" Seorang gadis kecil berlari riang menuju sang ayah yang sedang duduk santai dibelakang rumah.

"Ayahh Rubby mau dudukk." Rubby kecil dengan mata bulatnya menatap sang ayah dari bawah.

Theo menaikkan sebelah alisnya. "Yaudah duduk gih, dibawah masih luas."

Rubby mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan sang ayah, tapi tak ayal jika dia juga duduk direrumputan, sedangkan Theo duduk diatas kursi.

Rubby duduk anteng, matanya mengerjap polos mengamati Theo dari bawah sini. Hal itu membuat Theo tidak tahan, dia mengangkat putrinya dan mendudukkan dipangkuannya.

"Princessnya Ayah mau apa hm?"

"Rubby cuma kangen Ayah." Rubby menyenderkan kepala mungilnya di dada bidang Theo.

"Loh setiap hari kan ketemu, kamu dikit dikit sama Ayah, kok kangen sih?" Tanya Theo heran.

"Tapi Rubby pengen kangen, gimana dong ayah?"

GARVIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang