Part 24~Bukan Pembunuh~

2.8K 224 38
                                    

Setiap kejahatan, tidak selalu menguak faktanya. Terkadang, kejahatan terjadi hanya untuk menutupi fakta. Seperti halnya diriku, apa salahku jika mempertahankan kehormatan yang kujaga.
~alukaalkenzia~

•••

Hai semua🤗
Afa comeback.

Sesuai kata aku di part sebelumnya, part ini diharapkan untuk bijak dalam membaca!

Vote dan komen yang banyak yaaa.

Happy reading😊

Dengan langkah gusar serta tatapan tajam Fernan berjalan menyusuri lorong kantor polisi.

"Anak itu tidak akan pernah berhenti membuat masalah sampai ajal menjemputnya,"murka Bernan dengan tatapan berapi-api.

Ketiga pria itu berjalan dengan tatapan tajam dan berwibawanya. Bernan, Fernan, dan juga Alfen.

Alfen hanya diam saja, sedangkan Fernan tengah bergelut dengan pikirannya sendiri. Ingatan penuturan dari polisi terus berputar dalam kepalanya.

~

"Nggak. Kenapa harus terulang lagi,"lirihnya.

"Kami mendapatkan laporan adanya pembunuhan seorang anak muda bernama Raga di jalan Raspati. Namun, ketika sampai di sana saya melihat korban lain yang bernama Bri-"

"Tunggu, maksud anda bukan putri saya yang tewas? Lalu dimana dia sekarang?"sanggah Fernan dengan berdiri menatap polisi itu. Ada sedikit binar lega dan senang dalam hatinya.

"Dia di kantor polisi Pak."

"Untuk menjadi saksi? Kasihan, pasti dia ketakutan. Saya akan menemaninya."

"Bukan Pak,"jawab polisi membuat kening Fernan berkerut. "Bukan menjadi saksi, melainkan sebagai pelaku pembunuhan kedua laki-laki itu."

Deg

Dunia Fernan seakan hancur mendengar apa yang polisi itu katakan. Dia menggeleng keras dan tersenyum pahit,"anda jangan bercanda Pak!"

"Saya tidak bercanda Pak. Saya menemukan putri anda dengan tangan penuh darah di samping 2 mayat laki-laki--"

"Pasti salah paham,"sergah Fernan cepat.

"Ada saksi di tkp Pak."

Fernan mengusap wajahnya kasar, sungguh sekarang rasanya kepalanya akan pecah. Ia tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi.

"Anak itu memang memalukan!"teriak Bernan dengan mata penuh amarah.

"Ya Allah Ma, anak itu,"pekik histeris Syia dengan tangisnya yang pecah. Melan langsung memeluk menantunya,"memang pembawa masalah anak itu,"tukas Melan.

"Baik Pak. Saya akan ke sana sekarang juga,"ucap Fernan.

~

Fernan mengepalkan tangannya kuat,"takdir apa yang kau berikan untuk putriku ya Allah,"gumamnya dengan hati yang berdenyut nyeri.

Aluka (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang