Part 54~Malam Tak Terduga~

2.5K 265 58
                                    

Hai semua🤗

Kangen cerita ini?

Udah lama ya aku nggak up? Wkwk

Masih setia nunggu?

Langsung aja dehh kuy baca

Pelan-pelan, hayati, tunjukin emot kalian setelah baca ini nanti di akhir😂

|Happy reading|

•••

Aluka menatap pipi kanannya yang memerah karena tamparan keras Syia. Dengan hati-hati tangannya memoles bedak untuk menyamarkan lebam itu.

"Happy birthday Aluna, lo cantik banget."

"Wahh mewah banget partynya. Pasti nyokap bokap lo sayang banget sama lo sampai buat pesta kayak gini."

Suara dentuman musik dan meriahnya pesta ulang tahun berpadu dengan ucapan selamat dari para tamu undangan membuat Aluka semakin malas untuk turun. Karena seperti tahun-tahun sebelumnya, ia hanya akan menjadi patung yang dikucilkan.

Gadis itu berdiri di balkon, menatap rembulan yang tertutupi oleh awan mendung. Lagi-lagi hanya sepi dan sunyi yang ia rasakan di tengah keramaian.

"Non Aluka masih di sini?" tanya Bi Prina sembari memeluk gadis rapuh itu dari belakang.

Aluka tersenyum dan membalikkan badan. "Aluka rindu Ayah Bu."

Bi Prina memeluk gadis yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. "Yang sabar ya Non."

Aluka melepaskan pelukannya. "Kenapa Ayah harus pergi Bu? Kalau saja Ayah ada–" tangannya dengan cepat menghapus air mata yang sempat terjatuh.

"Jangan nangis sayang, nanti luntur lo make upnya," ledek Bi Prina mencairkan suasana.

"Nggak kok, kan Aluka kuat." Kedua tangannya mengipasi wajahnya agar air mata itu kering dan tidak jadi luruh.

"Kalau ada apa-apa bilang ke Bibi ya Non," ujar Bi Prina menatap Aluka sendu.

Aluka tersenyum manis. "Makasih Bu."

"Udah sana turun, tadi Den Ganta kayak lagi nyariin seseorang tuh," gurau wanita setengah baya itu.

"Apaan sih Ibu," semu Aluka dengan pipi yang merona.

Gelak tawa Bi Prina terdengar. "Emang cocok."

"Saya turun nggak ya Bu?"

"Turun lah Non, pasti semua nunggu di bawah."

"Biasanya saya nggak diharapkan–"

"Aluka," panggil Alfen di ambang pintu yang sudah siap dengan setelan jas.

"Iya."

"Ayo turun," ajak pria itu sembari menggandeng tangan Aluka.

Dua orang itu turun dari tangga seperti seorang Ayah dengan anak. Seluruh pasang mata menatap ke arahnya, membuat Aluka gugup.

Aluka (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang