Jika dapat memberikan senyuman. Mengapa harus memberi kesedihan. Sengaja ku perlihatkan tawa, agar lukaku tak dapat kau rasa.
~alukaalkenzia~•••
k
angen aku nggak? Wkwk
Jangan lupa komen yang banyak ya.Happy reading🤗
Langit cerah mulai tergantikan oleh gelapnya malam. Cahaya mega memberikan candu pada setiap pasang mata yang menatap ke arahnya. Begitupun dengan gadis yang menatap sebuah bangunan kokoh dengan cahaya lampu yang berkilauan. Sayup-sayup terdengar suara gelak tawa dari dalam rumah mewah bernuansa istana itu yang membuat ada sedikit rasa sesak dalam dirinya.
Gadis itu mengintip dari balik pintu yang terbuka lebar, dan menampakkan 3 orang yang tengah bercanda gurau.
"Pa, kita liburan yuk!"seru Aluna sembari merangkul lengan Alfen dan Syia.
Syia nampak berbinar mendengar ajakan dari Aluna,"Ajak Papah kamu sana! Kan biasanya dia sibuk sama urusannya sendiri," Syia melirik ke arah Alfen seakan-akan menuntut pria itu.
"Kapan?"tanya Alfen masih dengan tampang datar andalannya.
"Papa bisanya kapan?"
"Terserah kalian,"pasrah Alfen.
"Yeyy... Gimana kalau kita ajak Kakek Nenek sama Om Fernan,"Aluna nampak sangat bersemangat sampai loncat-loncat.
Seulas senyum terbentuk dari bibir Syia dan juga Alfen melihat putrinya sangatlah ceria dan aktif
"Tapi aku nggak mau anak itu ikut,"ujar Syia dengan mengetatkan gerahamnya seperti menahan sebuah gejolak amarah.
"Iya. Luna juga nggak mau dia ikut. Ganggu aja nanti kalau dia ikut,"Luna ikut berkomentar. "Dia nggak pantes ada di tengah-tengah kebahagiaan kita. Ya kan Pah? Ma?"
"Iya. Mama juga udah muak sama tingkah dia, bisanya bikin malu keluarga saja!"sarkas Syia.
Aluka yang mendengar dan melihat bahwa kehadiran dirinya yang sangatlah mengganggu keluarga ini merasakan matanya memanas dan menangis dalam diam takut jika mereka mengetahui keberadaannya.
Dengan segala ketegarannya gadis itu mengusap air matanya dan melangkah menuju keluarga itu berkumpul.
"Assalamualaikum semua. Lagi ngomongin apa sih kok asik banget?"tanya Aluka. Mereka yang tadinya sangat asik langsung menatap dingin ke arah Aluka."Dari mana kamu?! Anak gadis jam segini baru pulang,"Syia menatap tajam anak sulungnya itu mengintimidasi."Oh, saya tahu. Kamu pasti habis foya-foya di luar sana kan? Habisin uang yang suami saya kasih?!"
Aluka menunduk takut dengan air mata yang coba ia bendung agar tidak jatuh dihadapan semua orang."Maaf Ma. Aluka tadi main ke rumah temen,"jawab Alu dengan lemah.
"Lo punya temen? Siapa yang mau temenan sama cewek pembawa sial kaya lo? Haha,"Luna terkekeh, jenis kekehan mengejek.
Plakk
Syia bangkit dan menampar pipi Aluka keras menimbulkan suara nyaring."Sekali pembohong akan tetap pembohong ya? Sekali aja kamu nggak munafik bisa nggak sih Aluka! Saya muak liat tingkah kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluka (Proses Penerbitan)
Teen Fiction"Ma, Aluka sakit. Boleh aku tidur sama mama?" "Pergi! Kamu di rumah papamu saja!" ··· "Aluka buatin makanan kesukaan papa." "Bisa kamu pergi dari hadapan saya?!" ··· Aluka Alkenzia. Gadis dengan seluruh luka yang dirasa namun tetap menabur kasih unt...