Part 30~Kebencian sekolah~

2.4K 191 7
                                    

Hai semua🤗
Afa comeback.

Vote, comment, and share yaaaa.

Happy reading😊

•••

Fernan sedang duduk dengan menyeduh kopi dan berkutat dengan laptopnya.

"Pagi Ayah,"sapa gadis yang sudah siap dengan pakaian seragamnya.

Pria itu mendongak dan menatap Aluka kemudian tersenyum, "kamu mau kemana?"tanyanya dengan menelisik Aluka dari bawah hingga atas.

Gadis itu melingkarkan tangannya pada leher Fernan. "Ayah ini gimana sih? Dimana-mana orang pakai seragam sekolah ya mau ke sekolah."

Fernan melepaskan tangan Aluka dari lehernya, karena merasa sedikit risih dan canggung. "Kamu udah sehat?"

"Luka aku nggak akan pernah sembuh,"gumamnya pelan.

"Hah? Kamu ngomong apa tadi?"

Aluka tersenyum manis,"nggak apa-apa kok. Ayah mau anter aku ke sekolah kan?"tanyanya masih dengan senyum yang tak luntur sedikit pun.

"Tapi saya harus-"

"Ya udah. Nggak papa kok, Alu berangkat sendiri aja." Gadis itu menyalimi tangan Fernan. "Alu berangkat ya. Assalamu'alaikum,"pamitnya.

Sebelum membalas, Fernan dikejutkan dengan pipinya yang terasa menghangat karena ciuman dari Aluka.

Sedangkan Aluka sudah melangkah pergi meninggalkan Fernan yang menegang di tempat. "Aku akan buat keterpuraan Papa jadi ketulusan,"gumamnya dengan melirik Ayahnya sekilas kemudian melanjutkan langkahnya.

...

Suara dentuman motor berpadu dengan suara riuh piuh siswa-siswi yang berangkat sekolah dengan semangat pagi.

Seperti biasa, para most wanted sekolah tengah menjadi pusat perhatian. Apalagi yang memimpin para gerombolan  itu adalah sang ketua osis, Frezo Karajasa dan teman sekelasnya kelas 11 Ipa 2.

Namun, perhatian mereka seketika beralih pada seorang gadis yang baru saja turun dari angkutan umum.

"Anjir! Tuh anak bebas!"

"Lama-lama nyeremin juga tuh anak."

"Ngapain dia sekolah sih?!"

"Gue nggak mau deket-deket tuh anak."

"Nggak pantes tuh anak ada di sini!"

Gadis itu ditatap dengan penuh kebencian dan tatapan bengis seperti seorang penjahat. Namun, Aluka malah memberikan senyum manis penuh ketulusannya. Ada sedikit rasa risih dalam hatinya karena ditatap seperti itu. Ia memang biasa ditatap penuh kebencian oleh orang-orang, tapi kali ini seperti kebencian yang berkali lipat.

Aluka mencoba menghiraukan tatapan dan sumpah serapah teman-teman sekolahnya dengan berjalan dan menunduk di sepanjang lapangan.

Brakk

Bahu Aluka ditabrak keras oleh seseorang, hingga membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan mengenaskan di lapangan. Tangannya tergores oleh batu kerikil dan terluka.

Aluka (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang