Part 58 ~Nyaman~

2.1K 249 64
                                    


Hai semua 🤗

Siap buat baca?

Komen yang banyak ya

|Happy reading|


•••

"Gue nggak bisa ke basecamp," ujar seorang laki-laki kepada temannya di telepon.

"Yaudah kita yang ke apartemen lo aja gimana?"

"Ngapain?" tanyanya dengan dahi berkerut.

"Numpang makanlah, kan di kulkas lo semua yang dibutuhin perut gue ada haha."

"Terserah," pasrahnya. Kemudian matanya menatap sosok yang masih setia memejamkan matanya, membuatnya melotot. "Eh jangan ke apartemen gue."

"Lah napa? Biasanya juga nggak papa."

"Pokoknya jangan, nggak usah bantah," tegas Dafka tidak terbantahkan.

"Yee... nggak asik lo ah."

Setelah itu sambungan telepon diputus sepihak, Dafka hanya geleng-geleng kepala heran dengan tingkah Bara.

Lelaki itu mendekati tempat tidurnya yang tengah ditempati oleh Aluka yang masih belum sadarkan diri.

Sebuah senyum tipis tercipta di bibir Dafka, ia mengamati wajah putih pucat Aluka yang terdapat memar.

"Lo ngingetin gue sama dia Al," kata pelan Dafka sembari mengelus pipi gadis itu yang merah. "Pasti sakit ya jadi lo?"

Kening Dafka mengernyit tatkala menyentuh dahi Aluka yang panas. "Demam ya," gumamnya.

Ia berdiri untuk ke dapur, mengambil bak dan kain lalu mengompres dahi Aluka dengan telaten.

"A-ayah Aluka kangen," racau Aluka dengan bibir bergetar.

Dafka membisikkan Aluka yang membuat gadis itu langsung terdiam. "Ada gue yang akan selalu melindungi lo Aluka, cepet sembuh biar nanti gue anter lo ke makam Ayah."

Dafka menumpukan dagunya pada tangan untuk menatap gadis yang mampu membuat dirinya kembali semangat untuk hidup.

"Lo hidup gue Aluka sekarang, jangan buat kecewa untuk yang kedua kalinya ya," lirih Dafka kemudian mulai memejamkan matanya dengan posisi duduk di samping tempat tidur.

Aluka merasakan ada sesuatu di dahinya, gadis itu membuka matanya dan melihat heran ke sebuah ruangan yang nyaman.

"Aku di mana ya," gumamnya dengan mencoba duduk. Matanya menatap Dafka yang tertidur di lipatan tangannya.

"Kak Dafka," lirih gadis itu. Tangannya menyingkirkan anak rambut yang menutupi mata Dafka.

Sebuah senyuman tipis terbit di bibir Aluka, ia ingat kejadian semalam. "Makasih udah bawa aku ke sini Kak."

Aluka menatap ke sekitar, ia hendak bangkit dengan pelan-pelan. Namun lengkuhan Dafka terdengar.

"Udah bangun?" tanya Dafka dengan suara serak khas bangun tidur.

Aluka (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang