Part 60~Hari pertama sekolah~

2K 200 42
                                    


Hai semua🤗

Apa kabar?

Setelah sekian lama nggak up wkwk

Ada yang kangen?

Langsung aja |Happy reading|


•••

"Gimana buat keperluan besok sekolah? Udah selesai?" tanya Dafka yang bersender pada headboard kasur sembari menatap Aluka yang tengah menata keperluan sekolah.

"Udah selesai," jawab Aluka yang kini berdiri di samping Dafka.

Dafka menarik Aluka hingga duduk di pangkuannya. "Capek hm? Dari tadi perasaan sibuk banget."

Aluka mencubit lengan Dafka kesal. "Apa-apaan sih Kak, aku bisa duduk sendiri."

Dafka terkekeh. "Iya bayi gede," cibirnya.

Aluka turun dari pangkuan Dafka dan duduk di sampingnya dengan bersender pada headboard.

"Kok diem? Mikirin apa Kak Dafka." Lelaki itu sedang menatap langit kamar dengan pandangan kosong.

"Lo bakalan mikir apa kalau tahu ada cowok yang nangis?" tanya Dafka tiba-tiba.

Aluka mengernyitkan dahinya sembari menatap Dafka lekat. "Emm, mungkin aku akan biarin dia. Soalnya kan cowok juga punya hati dan perasaan yang bisa berada di titik terendah juga," terka gadis itu.

"Lo mau jadi sandaran buat dia?" tanya Dafka sekali lagi masih dengan menatap langit kamarnya.

"Tentu, karena aku juga pernah berada di posisi itu–" Aluka terkejut tatkala Dafka memeluknya erat dengan tiba-tiba.

Aluka mengelus punggung Dafka lembut, berusaha menenangkan laki-laki yang tengah menahan tangisnya. Ia hanya diam untuk membiarkan Dafka menyalurkan segala sesuatu yang ia rasakan.

"Gue rindu Mama Al, gue anak yang nggak berguna, gue cuma nyusahin doang, gu–" isak Dafka terdengar semakin menyakitkan bagi Aluka.

"Hustt– Kak Dafka itu hebat–"

"Lo bohong, Papa bilang gue cuma anak penyakitan yang bikin malu dia doang."

Aluka bingung harus menjawab apa, ia dapat melihat betapa rapuh dan terlukanya sosok Dafka.

Aluka menangkup wajah merah Dafka. "Jangan dengerin sesuatu yang hanya bisa matahin diri kamu Kak Dafka, karena saat di mata mereka kamu nggak berharga, tapi di mata aku kamu itu berharga."

Dafka terenyuh mendengar kata-kata Aluka yang terdengar tulus. "Lo mau bantu gue?"

"Apa?"

"Jangan tinggalin gue sendiri, karena cuma lo yang gue punya saat ini. Kalau lo nggak ada, gue pasti mat–"

"Kamu ngomong apa sih Kak Dafka? Lagian kamu nggak bisa bergantung sama aku, masih ada teman kamu yang lain Kak," kesal Aluka.

"Cuma lo yang bisa buat gue ngerasa nyaman Al, gue mohon jangan tinggalin gue," pinta Dafka sembari mengambil alih kedua tangan Aluka.

Aluka (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang