" Aku beruntung mengenalmu, tapi dia lebih beruntung karena memilikimu."
-Arta-Happy reading<3
Pagi ini seperti biasa Arta latihan basket, lelaki itu sudah masuk kuliah seperti biasa. Arta menutup telinga pada orang yang menggunjingnya, lelaki itu tak ingin emosinya tak stabil lagi.
Akhir-akhir ini, Arta juga merindukan Bulan. Sepi rasanya jika tak ada Bulan yang selalu disisinya. Arta merasa tak ada yang lengkap.
Melemparkan bolanya ke sembarang arah, lelaki itu memilih untuk minum sebentar. Senyumnya mengembang kala melihat Bulan berjalan ke arahnya. Tapi disisi Bulan juga ada Ara, gadis itu ikut berjalan ke arah Arta.
"Aku bawain kamu bekal, kamu belum sarapan kan?" Bulan bertanya sembari menyodorkan bekalnya ke Arta.
"Aku bawain kamu bento, ada burger sama minuman dingin juga. Nanti dimakan ya." kini giliran Ara yang menawarkan.
Kedua gadis itu menyodorkan bekalnya bersamaan.
Arta langsung memilih bekal milik Bulan. Lelaki itu tersenyum dan mengacak lembut puncak rambut Bulan.
"Kok gak milih punya aku sih kak!" Ara protes, merasa tak terima karena Arta sudah membuangnya seperti sampah kali ini.
Arta menoleh mendengar suara Ara, lelaki itu memutar bola matanya malas, "Gue gak butuh apa-apa dari lo, bisa pergi gak? Gue muak liat muka lo."
Ara yang merasa kesal langsung membanting bekalnya begitu saja, gadis itu lantas pergi dari tempat itu.
Bulan duduk disebelah Arta. Gadis itu tampak senang Arta memakan bekalnya dengan lahap. Kadang-kadang disela makannya, Arta meminta Bulan untuk menyuapinya.
Jauh didasar lubuk hatinya, Arta begitu senang karena Bulan masih peduli akan dirinya. Gadis itu juga masih mencintainya...mungkin.
"Enak?"
"Banget! Besok lagi ya."
Bulan hanya mengangguk. Mata Arta lalu menatap tas kecil Bulan yang gadis itu bawa.
"Lo bawa tas isinya apa?" tanya Arta penasaran.
"Oh ini bekal buat Bintang." jawab Bulan. Arta diam, lelaki itu lantas menyudahi memakan bekal dari Bulan.
"Eh? Kok gak dihabisin sih?!" dengus Bulan kesal melihat Arta yang tidak menghabiskan makanannya. Semantara Arta tak menjawab, lelaki itu tak peduli dan memilih latihan lagi.
Pikiran Arta berkecamuk, ternyata Bulan juga peduli dengan Bintang. Ia marah, ia kesal, ia benci. Ia pikir semua perhatian yang Bulan diberikan itu hanya untuknya, tetapi Bintang juga.
Melihat Arta berlatih tidak fokus, Bulan berjalan mendekati Arta. Gadis itu tau Arta marah padanya, maka dari itu Bulan ingin pamit saja sebelum Arta bertambah marah dan akhirnya emosi.
"Aku ke kelas dulu ya, kamu semangat latihannya." pamit Bulan, ia bahkan tak berani menatap sorot mata Arta yang kini tajam. Gadis itu lalu mulai berjalan menjauhi Arta.
"Nanti pulang sama gue." ujar Arta dingin menatap punggung Bulan yang masih beberapa langkah meninggalkan.
Bulan berbalik. Gadis itu menatap lamat-lamat Arta yang tengah memegang bola basket ditangannya.
"Nanti aku pulang sama Bintang." ujar Bulan menolak ajakan pulang dari Arta.
"Gue gak mau tau pokoknya lo harus pulang sama gue." ucap Arta lagi, nadanya masih terlihat dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LIGHT LOVES [END]
Teen FictionBagimana jika dua orang dengan sifat yang bertolak belakang dijadikan menjadi satu pasangan? Bintang Aksara Prima, sang cowok dingin yang memiliki paras tampan yang mampu menyihir para wanita dengan satu tatapan Bulan Putri Wijaya, sang gadis cerewe...