13- Detik-Detik Jadian

850 59 5
                                    

"Denganmu aku butuh, bersamamu aku merasa utuh, selalu disisimu membuat dinding pertahananku runtuh."
-Bintang-

Happy reading<3

[Jangan lupa dengerin mulmed yang udah disediain]

Bulan tersenyum riang pagi ini. Ia melewati koridor sekolah dengan senyum manis yang membuat para kaum lelaki dibuat diabetes olehnya. Bulan juga menyapa para siswa-siswi yang lewat, moodnya sangat bagus hari ini.

Semua gara-gara dinner semalam dengan Bintang.

Bulan bersenandung kecil dan mengingat betapa manisnya Bintang tadi malam. Bintang saja sudah manis kalo dia ngelakuin hal manis manisnya double dong. Bulan telah menyusun rapi semua kenangannya dengan Bintang, tak ada satupun yang terlewatkan atau tertinggal. Bagi Bulan semua kenangan yang sudah kita lalui belum mungkin terjadi lagi, maka dari itu ia menyimpan erat semua kenangannya.

Bulan termenung sesaat melihat Bintang yang mengandeng tangan Melody mesra menuju kelas Melody. Bulan mulai bergumam, "Bintang aja gak pernah nganterin aku ke kelas."

Eh tunggu, KALIAN KAN SATU KELAS!!

Tapi lihatlah, betapa bahagianya Melody saat rambutnya diacak lembut oleh Bintang, bahkan Melody juga tak segan menata rambut Bintang yang sedikit berantakan.

"Aku kira aku satu-satunya, ternyata salah satunya." Bulan menyeka air mata dan mulai masuk ke dalam kelas dengan perasaan yang campur aduk.

Wajahnya sudah tak bersinar seperti mentari pagi tadi, tapi kini seperti awan mendung yang bersiap turun hujan. Bulan menekuk wajahnya lesu dan mulai menenggelamkan wajah nya ke meja.

Bintang pandai sekali menarik ulur perasaannya.

"Ini hati bukan layangan yang bisa kamu tarik ulur, Bintang." gumam Bulan sendu.

Rara yang baru datang melihat Bulan yang tak seperti biasanya. Biasanya Bulan selalu bercerita dan memberikan humor yang receh untuknya. Tapi lihatlah sekarang, miris sekali.

"Lan, lo kenapa?" Rara menepuk pundak Bulan, Bulan lalu duduk seperti semula dan berusaha menutupi kesedihannya.

"I'm okay." Bulan mencoba setenang mungkin tapi Rara, gadis itu tidak bisa dibohongi.

"Pagi-pagi makan cucur, jujur!" Rara dibuat gemas oleh Bulan yang selalu menyembunyikan masalahnya sendirian.

"Pagi-pagi makan selasih, emang aku kenapa sih?" ucap Bulan diiringi tawa renyah.

"Rara makan kentang, gara-gara Bintang?" ucap Rara menebak. Bulan selalu menceritakan perihal Bintang padanya.

Saat Bulan akan menjawab tiba-tiba Pak Rossi sudah datang dan akan memulai pelajaran yang so deep.

"Selamat pagi anak-anak." sapa Pak Rossi kini berdiri membawa kertas ulangan ditangannya.

"Pagi Pak!" ucap para murid serempak.

"Hari ini saya akan membacakan hasil ulangan kalian dan siapa-siapa saja yang remidial." mendengar ucapan Pak Rossi, Bulan menelan ludahnya kasar.

"Bintang, seperti biasa nilai sempurna, 100." Para Murid tak heran jika Bintang salah satu murid pandai di kelas ini.

Pak Rossi mulai membacakan yang remidial. "Denis, Edo, Fiki, Bulan, Carantina, dan Sanitiza. Kalian Remedial."

Bulan sudah menduga ini akan terjadi, ia pasrah saja.

"Untuk remedial kali ini, saya akan bagi kalian menjadi 2 kelompok."

"Denis sama Edo, Carantina sama Sanitiza, dan Fiki sama Bulan."

THE LIGHT LOVES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang