20- Hujan dan Kenangan

766 58 1
                                    

"Perpisahan tidak terasa menyakitkan, kecuali jika keduanya masih saling ingin memiliki."
-Bulan-

Happy Reading<3

[Jangan lupa dengerin mulmed yang udah disediain]

Bulan tengah memakai seragamnya dan bersiap ingin pergi kesekolah. Ia tersenyum manis pada kaca dihadapannya. Rambut panjangnya ia kuncir tinggi hingga menampakkan leher jenjangnya.

Ia melupakan kejadian kemarin yang membuatnya hampir menangis semalaman. Bulan bahkan tidak menduga bahwa Bintang, lelaki yang memiliki amat dicintainya mampu memberikan luka sepedih ini.

Lalu, apa yang harus dilakukan Bulan saat ini? Mempertahankan hubungan yang jelas-jelas sudah hancur lebur hanya akan membebani pikiran dan hidupnya. Lebih baik ia mengikuti alur semesta akan kisahnya pada Bintang.

Bulan melirik sekilas ke arah akuarium disebelah tempat tidurnya. Ia tersenyum manis pada ikan tersebut. Ikan yang membuatnya menjadi sebahagia itu saat bersama Bintang.

Tapi, tak apalah. Semoga Bulan bisa melewati ini semua dengan lapang dada.

Kau harus bisa, bisa berlapang dada. Jadi inget lagu sheila on7 kan.

"Aku mau berangkat ke sekolah dulu, kamu baik-baik ya, Binbu?" Bulan tengah pamitan dengan anak nya.

Saat menuruti anak tangga, Bulan segera menampilkan senyum manisnya, ia harus terlihat bahagia dihadapan Kakak dan Papahnya.

Berpura-pura bahagia itu perlu, setidaknya yang mereka tau adalah kita hanya baik-baik saja tanpa memengetahui hal yang sebenarnya.

"Pagi Pah, pagi Kak." sapa Bulan pada Wijaya dan Yuri yang sudah menunggu dimeja makan.

Mereka kini menikmati sarapan dengan khidmat. Bulan segera menghabiskan sarapannya dan ijin untuk berangkat ke sekolah.

"Kenapa buru-buru?" ucap Wijaya menatap Bulan heran.

"Biasa Pah, mau berangkat sama Bintang dia." ucap Yuri menggoda. Bulan hanya membalas dengan senyuman.

Setelah pamit pada Wijaya dan Yuri, Bulan segera menuju ke depan gang untuk menunggu angkutan umum.

Bulan melihat jam tangannya sekilas, sudah mau telat tapi angkot masih belum datang juga. Menyebalkan!

Gadis itu masih setia duduk dibangku halte, sudah 10 menit ia menunggu tetapi hasilnya nihil.

"Mau berangkat bareng?" Bulan melihat sumber suara, ternyata itu Fiki.

"Kok lewat sini? Rumah kamu kan gak daerah sini." ucap Bulan menatap ke arah Fiki, heran. Sementara lelaki itu hanya tersenyum manis.

"Mau bareng atau gak nih jadinya?" ajak Fiki sekali lagi, Bulan mengangguk dan langsung duduk di belakang Fiki.

Suasana hari ini sedikit mendung, Bulan melihat ke arah langit dan benar sepertinya akan turun hujan. Fiki sengaja mempercepat sepeda motornya agar segera datang tepat waktu di sekolah.

Sesampainya di sekolah, Bulan langsung turun dan mengucapkan terimakasih pada Fiki. Ia langsung pergi ke kelasnya dengan terburu-buru karena hujan mulai turun.

Di luar kelas sudah ada Melody dan Bintang, mereka berdua tampak memamerkan kemesraan. Terbukti saat ini Melody tengah mengenggam tangan Bintang dan menyenderkan kepalanya di bahu Bintang.

THE LIGHT LOVES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang