44- hey, look at me

157 18 3
                                    

"Mari hidup bersama dengan waktu yang lama."
-Bintang-

Happy reading<3

Semalaman Bintang gelisah sendiri mencari keberadaan Bulan. Lelaki itu menjelajahi tempat dimana gadisnya sering datangi, namun hasilnya nihil.

Sudah tengah malam dan Yuri mengatakan bahwa Bulan belum juga pulang, membuat Bintang semakin gelisah. Hatinya tak tenang, ia takut terjadi apa-apa pada Bulan seperti yang sudah-sudah.

"Lo kemana sih?!!" ujar Bintang menatap wajah cantik di layar handphonenya. "Bisa gak kalo pergi kabarin dulu? Gue khawatir banget, Bulan." ujarnya lagi.

Duduk didepan minimarket dan menggenggam sebuah minuman bersoda, Bintang meluruskan pandangannya. Tampak di sebrang sana ada kedua orang berpelukan, begitu hangatnya hingga membuat mata Bintang memanas.

Itu Bulan dan Arta.

Dengan cepat Bintang membuang kasar minuman kalengnya dan berlari menuju tempat tersebut. Matanya memerah, nafasnya memburu, dan wajahnya penuh dengan amarah yang memuncak.

Sesampainya disana, Bintang langsung melepas eratan mereka dan memukuli Arta habis-habisan. Bintang tak memberi celah sedikitpun untuk Arta membalas pukulannya.

"BINTANG STOP! BERHENTI PUKULIN ARTA, BINTANG!" teriak Bulan seraya berusaha melerai mereka berdua.

"Gue bakal abisin lelaki bajingan ini." balas Bintang masih beringas memukuli Arta tanpa henti.

"Bintang, please." pinta Bulan. Nada suaranya begitu lemah, sehingga menghentikan aksi Bintang.

Bulan langsung memeluk Bintang saat itu juga. Ia sudah tahu bahwa lelaki itu sangat marah padanya saat ini.

Bintang masih tak membalas pelukan dari Bulan. Lelaki itu memilih menatap tajam wajah Arta yang berlumuran darah.

"Maafin aku, ya. Ini gak seperti yang kamu lihat, Bintang." ujar Bulan, gadis itu tampak terisak. Jujur saja ia bahkan ketakutan melihat wajah murka Bintang tadi.

"Lo gak salah. Cowok bajingan itu yang salah." jawabnya masih tersulut emosi.

Bulan melepaskan pelukannya. Ia merapikan rambut Bintang yang berantakan.

"Ayo pulang." ajak Bintang kemudian. Mereka lalu meninggalkan Arta yang terpatung sedari tadi.

Arta tersenyum melihat kepergian mereka. Kemudian perlahan tangannya kembali mengepal.

*****

Paginya Bintang terus mengekori dimanapun Bulan berada. Lelaki itu juga mengganti jadwal kuliahnya menjadi malam hari.

Sementara itu, Bulan semalaman memikirkan keadaan Arta yang terluka parah akibat pukulan Bintang. Tetapi, ini juga salahnya. Salahnya yang tidak memberi tahu pada Bintang. Gadis yang kini mengukir sebuah senyuman pada lelaki yang memberikannya sebotol minum itu merasa bersalah. Merasa bersalah pada Bintang maupun Arta.

"Hari ini gimana? Dosennya galak lagi?" tanya Bintang yang menyisiri rambut Bulan di taman kampus.

"Engga dong! Hari ini tuh jadwalnya pak Anton yang ganteng banget itu lhoo!!" balas Bulan bersemangat.

Bintang mencibik. Padahal, jika dilihat-lihat pak Anton tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya.

"Ini rambutnya mau dikuncir biasa apa dikepang?" tanya Bintang lagi. Lelaki itu kini sibuk mencari karet rambut di tas Bulan.

"Dikuncir aja, Bintang. Hari ini panas banget soalnya." ucap Bulan. Gadis itu kini tengah asyik memakan bekal nasi goreng yang dibuatkan Bintang untuknya.

THE LIGHT LOVES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang