5- Matematika

1K 76 1
                                    

"Selain lemah di Matematika, aku juga lemah kalo kamu senyumin."
-Bulan-

Happy reading<3

Sudah beberapa bulan semenjak Bulan pindah ke SMA Pelita Garuda, ia mulai bisa beradaptasi dengan keadaan disekolah barunya.

Ia juga mempunyai banyak teman sekarang, bahkan ia sudah menjadi incaran para kakak kelas dan adik kelas, para gadis di sekolah ini merasa terancam.

Bulan juga sudah pdkt dengan Bintang, tetapi lelaki ini tidak pernah menggubrisnya, ia tak kenal lelah dan menyerah. GASPOL!!!!!!!

Banyak pelajaran yang ia tak suka, salah satunya Matematika. Menurutnya, matematika itu susah susah gampang. Jika boleh jujur banyak susahnya daripada gampangnya.

Apalagi guru Matematika disini terkenal dengan guru killer, Bulan harus ekstra sabar menghadapi guru semacam ini.

Sialnya, hari ini ada pelajaran Matematika.

"Lan, lo udah belajar buat ulangan matematika?" ucap Rara melihat Bulan yang tengah menghafalkan beberapa rumus.

"Udah dong semalem, ini lagi belajar lagi biar gak lupa sama rumusnya." balas Bulan mantap dan mendapat anggukan dari Rara.

"Nanti jangan lupa ya lirikan matanya." ucap Bulan lagi dengan terkekeh dan mendapat dua jempol dari Rara.

"Bersatu kita lawan matematika!!!!!"

Setelah hampir 30 menit belajar, kini sang guru killer memasuki kelas XI IPA 1. Guru itu masuk dengan beberapa lembar kertas ulangan matematika. Tatapan tajam dan wajah tegas tak luput menjadi perhatian para murid kelas XI IPA 1.

Para murid kini tengah tegang bukan main, seperti juga Bulan. Ia tak henti-hentinya berdoa pada yang Kuasa untuk memperlancar semuanya.

Bulan melirik Bintang sekilas, lelaki itu tampak tenang, tak ada kecemasan diwajahnya sedikitpun. Sementara gerombolannya tampak panik seperti Bulan.

"Hari ini kita ulangan Matematika." ucap guru itu tenang tapi tetap dengan nada tegas dan mulai membagikan kertas ulangan.

"Buset." Denis melongo tak percaya melihat soal-soal yang terpampang disoal.

"Ada apa, Denis? Kurang banyak soalnya?" guru itu kini mendekati Denis dengan wajah garangnya.

"Eh, enggak Pak Ros."

Nama guru itu, Rossi. Dulu dia memang seorang mantan balap liar dan ia pun sekarang mengambil jalan yang lurus dan benar.

"Sekarang kalian mengerjakan sendiri, JIKA BAPAK MELIHAT ADA YANG MENCONTEK, AWAS!" ucap Pak Rossi penuh penekanan.

Para murid mulai menelan ludah.

Bulan kini tengah mengingat-ingat rumus yang dihafalnya tadi. Ia merasa blank saat ini, ia bahkan tidak bisa berpikir dengan jernih, andai ada iklan sprite pasti ia akan berkata, "ayo berpikir jernih."

"Sulit banget." Bulan histeris melihat kertas ulangan yang baru terisi 3 jawaban dan masih ada 7 soal disitu.

Ia mulai melirik-lirik sekitar, berharap ada pertolongan kepada yang lemah matematika sepertinya.

THE LIGHT LOVES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang