Setelah kejadian orang gila kemarin, Asya kembali pergi ke sekolah menggunakan sepeda listriknya. Tapi kali ini berbeda, karena ia tak akan memarkirkan sepedanya di tempat sial itu lagi.
Lain halnya dengan Saka. Cowok itu sedang berkumpul di belakang sekolah bersama teman-temannya. Jangan lupakan Cindy juga ikut berkumpul dan mengambil duduk tepat di sebelah Saka.
"Ka, ini gimana, ya? Kok aku gak ngerti?" tanya Cindy dan menyerahkan buku miliknya pada Saka.
Beberapa menit lagi, kelas mereka akan masuk. Tapi baik Cindy dan juga Saka belum selesai mengerjakan tugas yang di berikan. Sama seperti temannya, belum ada yang mengerjakan sama sekali.
Saka memperhatikan buku Cindy baik-baik. Tangannya yang tadi sibuk memegang ponsel kini meletakkannya di meja. "Owh, yang ini?"
Cindy mengangguk antusias. "Iya. Kamu tau?"
"Tau, tapi gue malas ngerjain. Entar tanya sama Bu Siti aja."
Cindy sontak menepuk pergelangan tangan Saka lalu kembali berbalik untuk mengerjakan tugasnya. Satu info, Saka dan juga Cindy berada di kelas yang sama.
"Ini ... Di tambah ini, jadi ini!" sahut Jeno antusias sambil menunjuk buku milik Cindy.
Plak!
Cindy beralih menepuk lengan Jeno yang menghalangi bukunya. "Apa'an sih? Ganggu aja!"
"Yaelah, mau di bantuin juga malah marah-marah." Jeno beralih mengambil duduk tepat di sebelah Saka.
"Jangan ganggu!" ketus Cindy.
"Kalau gak ganggu gak seru, Cin."
"Saka, urus tuh teman kamu. Gangguin aku mulu!"
Saka sontak berbalik ke arah Jeno dan menatapnya sebentar, satu alisnya ia naikkan. "Gangguin aja, gak masalah."
"Lo yang minta."
***
Setelah bel istirahat berbunyi, Asya berbalik dan menatap ke arah Risa yang tengah sibuk membalas pesan seseorang, entah siapa. Ia menatapnya sambil tersenyum-senyum tak jelas.
"Isa baik, temanin gue yuk."
Risa mengalihkan pandangannya dan mengangkat satu alisnya. "Kemana?"
"Eum, ke kelas Saka. Mau bawain bekal dari Mami," jawab Asya.
Risa menatap kotak bekal yang Asya pegang lalu beralih menatap gadis itu kembali. Ia menatap Asya sembari geleng-geleng kepala. "Itu Mama lo kasih bekal buat lo makan, bukan buat lo kasih ke Saka," dengus Risa.
"Ihh, Isaa. Temanin ya, pliiis."
Risa menghela napasnya terlebih dahulu. "Yaudah, ayok."
***
Setelah meletakkan kotak bekalnya di kelas Saka, Asya langsung berlalu keluar. Kelas Saka saat ini masih sepi, jadi bisa di bilang Asya tak mendapat tatapan tajam saat masuk ke dalam kelas cowok tersebut. Sekarang, mereka berdua berjalan menuju kantin sekolah.
Saat berjalan menuju kantin, Asya dapat dengan jelas melihat Saka dan juga temannya yang ingin berjalan berlawanan arah dengannya. Sontak hal itu membuat Asya tersenyum. Ia menatap Saka dengan mata berbinarnya, tetapi yang di tatap hanya memalingkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARASYA [END]
Teen FictionSequel of DEVAMEL Singkat saja, ini sebuah kesedihan yang tertunda. Kisah tentang seorang Dhea Tarasya Leander, gadis cantik, imut dan juga pintar. Tapi di balik itu semua, ia memiliki sifat yang childish, egois, dingin dan juga bodo amat dalam seke...