[22] Trauma

7.9K 526 472
                                    

Cuman mau bilang, jangan sampai lupa napas ya💔

Cuman mau bilang, jangan sampai lupa napas ya💔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau ngasih liat doang buat yang kepo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau ngasih liat doang buat yang kepo. Ini sebagian ingatan yang sering muncul di pikiran Asya beberapa tahun lalu💔 Asli, keren banget.

***

Di sinilah Asya sekarang berada, di rumahnya sendiri. Dengan mata yang sedikit bergerak tak tenang dan juga mulut yang terus merapalkan doa, kini ia mengangkat pandangannya dan seketika saat itu juga matanya bertemu dengan tatapan mengintimidasi dari Kakaknya.

Pandangannya kembali ia edarkan. Demi apa, karena ulahnya beberapa jam yang lalu, baik dari keluarga Ian dan juga Risa tengah berada di rumahnya saat ini.

Rasanya, Asya ingin menangis dan menenggelamkan tubuhnya saat ini, dari pada harus di tanyai banyak hal di depan keluarganya.

Asya dengan gesitnya langsung bangkit dari duduknya, tangannya beralih memegang bagian perutnya. "Aw, perut Asya mules. Asya ketoilet dulu, ya bentar?"

Tak ada yang menjawab, dari banyaknya orang di ruang keluarga saat ini, hanya tatapan heran yang mereka tunjukan.

Melihat tak ada yang menjawabnya, Asya beralih menghentakkan kakinya kesal, ia kembali mendudukkan kembali bokongnya. Tepat di sampingnya, Mel tengah menatapnya dengan pandangan yang tak terbaca.

"Pih, Mih, udah dong. Asya udah ngantuk nih, besok sekolah. Asya mau tidur."

Lagi-lagi, tak ada yang menjawab. "IHH! KOK KALIAN SEMUA BISU? TAU AH, KESAL LAMA-LAMA!" jerit Asya tiba-tiba dan memalingkan wajahnya.

Dengan kompak, mereka semua menghela napas.

"Astaga, Sya! Ngapain lo yang marah coba? Seharusnya kita yang marah, ngapain lo gak pulang ke rumah?" sahut Risa yang sedari tadi diam.

"Ihh, Isa mah! Kan Asya udah jawab tadi, Asya ketiduran di perpustakaan."

"Sampai jam sebelas malam?" timpal Kris.

Asya langsung bungkam saat Kris tiba-tiba bertanya padanya. Dari semua yang ada di sini, hanya Kris lah seorang yang bisa membuatnya tak tenang dalam sekejap, begitu pun sebaliknya.

TARASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang