[41] Happy Day

4.8K 377 617
                                    

Assalamualaikum ... Waalaikumsalam.

Kemarin bisa sampai 500 komen. Kalau sekarang 500 komen lagi, apa bisa? Sengaja kasih banyak, biar lama ahaha.

500 KOMEN LEBIH, LANJUT!

****

Ketika tiba di hadapan pintu rooftop, Asya berbalik menatap Risa dengan pandangan yang memelas, yang di balas dengan tatapan melotot oleh Risa. Dan dengan ragu, Asya menyentuh gagang pintu tersebut. Hanya sekedar menyentuh, tak membuka pintu itu sama sekali.

"Buruan, Asya."

"Tapi takut," cicitnya.

"Gak usah lebay, masuk buruan!" greget Risa.

Mendengar suara Risa yang sedikit meninggi, seketika nyali Asya menciut. Gadis itu beringsut mundur tapi di tahan oleh Risa.

"Masuk atau gue yang paksa masuk?" ancamnya.

"Iya, iya ihh! Asya masuk. T—tapi kalau Saka marah—"

"Gak bakal marah. Gih, temuin."

Dengan modal menarik napasnya sejenak, Asya memantapkan dirinya.

"Gue awasin di sini, kalau dia gak marah, gue turun. Oke?"

Asya mengangguk mengiyakan dengan memegang kuat kotak bekalnya.

***

Setelah tiba di rooftop, Asya mengedarkan pandangannya hanya untuk sekedar mencari satu orang saja. Dan yap! Attensinya berhenti pada seseorang yang tengah duduk di salah satu kursi di ujung sana dengan pandangan yang menatap langit.

Dengan langkah ragunya, Asya mendekati Saka. Ketika ia tiba tepat di belakang lelaki tersebut, Asya bukannya memanggil atau apa pun itu, gadis itu malahan terdiam kaku dengan tubuh yang berkeringat dingin.

Pikirannya sudah kemana-mana sekarang. Jika boleh jujur, gadis itu sedang merasa gelisah. Satu sifat yang sangat melekat dari diri Saka dan itu sama sekali tak bisa Asya lupakan. Lelaki itu terkadang mudah marah, seperti halnya ketika dirinya dan Saka baru pacaran.

Dengan ragu-ragu, Asya memberanikan dirinya sehingga duduk tepat di sebelah Saka. Sedangkan cowok itu, berbalik menatap Asya sesaat kemudian menatap lagi lurus ke depan.

"Saka marah?" cicitnya. Gadis itu sedikit mendongak untuk menatap wajah menenangkan milik Saka.

"Maaf. Asya gak ada niat buat Saka nungguin Asya. Cuman, Asya lupa ada janji sama Saka. Asya telat, Asya salah. Asya minta maaf sama Saka. Maafin Asya."

Setelahnya, Saka berbalik menatap Asya yang tengah tertunduk dengan memegang kuat kotak bekalnya.

"Kenapa manggil gue kesini?" tanya Saka.

Asya menyodorkan kotak bekalnya. "Ini, buat Saka."

"Masak sendiri?"

Gadis itu mengangguk dengan kepala yang tertunduk.

Dengan gerakan cepat, Saka mengangkat kepala Asya. Menatap setiap inci wajah sang gadis, kemudian memeriksa tangannya. "Gak ada yang luka 'kan?"

Asya kembali mengangguk. "Saka jangan marah sama Asya."

"Siapa?"

"Saka."

"Gue kenapa?"

"Marah sama Asya."

"Kata siapa?"

Asya mengangkat kepalanya dengan sangat cepat, menatap Saka yang sudah mulai membuka kotak bekal. "Saka gak marah sama Asya?"

TARASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang