[68] Desire

7.6K 595 225
                                    

Bismillah, assalamualaikum.

Part kemarin kehapus ges, error'😭 seperti yang udh aku infokan di profil. Rasanya mau nangis, nulis sepanjang itu ... jatuhnya malah hilang bak ketelan bumi, gak ninggalin jejak sama sekali malah.

Jadi, maaf kalau part ini feel-nya agak gak dapat, gak bisa ngetik kayak yg aku ketik sebelumnya. Moodnya udah beda.

Ngetiknya ngebut loh ini, vote komen harus!

Happy reading, all!

****

Otak Asya serasa blank sesaat. Pernyataan Saka barusan sungguh membuat dirinya harus ekstra berpikir dua kali. Tangannya di bawah sana saling meremat saking gugupnya.

"Ma... maksudnya?"

"Gue bukan Saka," ulangnya lagi.

Asya lantas menghembuskan napasnya, berusaha mengisi rongga di paru-parunya. Raut keterkejutannya berusaha ia sembunyikan sebisa mungkin. Dalam pikirannya, mungkin dia memang Saka, tapi saat ini, orang yang ia ajak bicara adalah sisi lain Saka-kepribadian gandanya.

"Kalau bukan Saka ... kamu siapa?" tanyanya yang berusaha setenang mungkin.

Terlihat, lelaki itu mengulurkan tangannya pada Asya. Dan dengan ragu, gadis itu meraih uluran tangan tersebut.

"Gue Asgan."

"Asgan?" beo Asya, yang dengan perlahan kembali menarik uluran tangannya. "Asgan kepribadian ganda dari Saka?"

"Hah?!"

Asya menggeleng cepat kala lelaki dengan nama Asgan tersebut tampak menatapnya menelisik. Ia lalu kembali menundukkan pandangannya, sejenak, ia termenung kala melihat surat keterangan dari rumah sakit tersebut.

"Ini palsu kan?" lirihnya dengan tangan yang gemetar. "Saka gak mungkin sakit."

"Hari itu, gue nemuin suratnya di dalam kamar Saka. Jadi besar kemungkinan itu punya dia." Asgan menghela napas sejenak. "Bahkan, gue sering liat Papa sama Saka ke rumah sakit setelah pulang dari luar negeri."

Asya terdiam cukup lama, tangannya meremat surat tersebut hingga lusuh. Mati-matian ia menahan rasa sesak yang muncul begitu saja.

"Jangan marah lagi sama Saka," katanya yang mampu membuat Asya balik menatapnya.

"Yang ngatain lo, gue. Bukan dia."

Kepala Asya kembali tertunduk, perasaannya gundah.

"Gue gak bermaksud buat lo sakit hati sama kata-kata gue ... gue cuman mau lo jauhin Saka, karena dia menderita penyakit itu. Gue gak mau lo nanti makin suka sama dia, dan susah buat ngelepas."

"Saka gak akan ninggalin Asya!" kelakar Asya tak terima.

"Penyakitnya udah di stadium empat," katanya memberitahu. "Kasih dia kata maaf lo... dia sangat butuh."

Asya memejamkan matanya, membiarkan matanya yang sedari tadi memburam karena air mata kini terjatuh begitu saja. Tak berselang lama, ia kemudian kembali menatap lelaki di sebelahnya, tatapannya kian berbinar seketika.

"Saka," panggilnya dengan gumaman lirih.

"Gue Asgan."

Asya menggeleng kuat. "Kamu Saka! Saka sekarang masih sehat, gak sakit!" Asya menunjuk surat tersebut. "Ini semua bohong."

TARASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang