[20] Menghilang

8.3K 551 515
                                    

Vote ya pren. Jangan cuman baca doang :v

Happy reading☘️

****

Saka, dengan tampang berantakannya memarkirkan motornya secara asal. Melepaskan helm-nya dan berlari masuk ke dalam ruangan yang cukup luas dan tersusun rapi, sebut saja basecamp.

Dengan napas yang tersenggal-senggal, ia mendorong pintu ruangan tersebut dengan kasar, menerobos masuk dan menatap seorang perempuan dengan tampang yang sangat ... acakan.

Tubuh Saka perlahan melemas, ia berjalan mendekat dan berhenti tak jauh dari perempuan tersebut. Fikirannya terlalu fokus pada Cindy saat ini, sedangkan Asya? Entahlah.

"Cin, jangan pegang itu," ujar Saka dengan suara yang sangat pelan.

Gadis itu beralih terduduk di lantai dengan mata yang mengarah pada semua orang di sekitarnya. "Saka," panggilnya lirih.

"Kenapa? Gue udah datang, jangan pegang itu." Terdengar sangat lembut, kini pandangan Cindy beralih menatap Saka seutuhnya.

"Ka ... Sakiit," lirihnya lagi dengan mata yang perlahan memerah.

Saka perlahan berjalan mendekat dan berjongkok tepat di hadapan Cindy. Memegang ke dua bahunya lalu mengangkat dagu Cindy dengan perlahan. Menatap manik matanya lekat.

Dengan sangat hati-hati, ia meraih benda yang sedari tadi gadis itu genggam. Saka langsung menyerahkan benda tersebut pada Jeno yang langsung di bawa pergi olehnya. Berniat membawanya ketampat aman.

"Kenapa bawa pisau, hm?"

Cindy menggeleng lemah. "Capek, aku mau pulang bareng Saka. Boleh, ya?" izinnya.

Saka terdiam untuk beberapa saat, sangat mengerti arti pembicaraan yang di bawakan oleh Cindy. Bukan pulang ke rumah, melainkan ke lain alam.

Baik teman-teman Saka yang lainnya hanya terdiam. Sudah cukup mereka menenangkan Cindy dan hasilnya tangan mereka semua mendapat sebuah cakaran. Di sini sudah ada Saka, salah satu orang yang dapat menenangkan Cindy.

Saka ikut menggeleng membalasnya. "Lo jangan ngomong gitu. Papa lo ada. Mau pulang ke rumah bareng gue?" tanya Saka lembut.

Mendengar itu, Cindy mendongak lalu menggelengkan kepalanya kuat.

"Nggak mau."

"Cin."

"Papa udah buang aku, Ka!" potongnya cepat.

Baik semuanya langsung terdiam untuk sesaat ketika mendengar perkataan Cindy. Tak mungkin seorang Ayah ingin membuang anaknya sendiri, kan?

"Gak mungkin, dia itu sayang sama lo."

Mendengar itu, Cindy dengan sontak mendorong tubuh Saka hingga menjauh darinya. Tangannya terangkat dan menunjuk wajah Saka dengan gemetar.

"Kalau kamu gak percaya, jangan dekatin aku!"

Saka meraih tubuh Cindy dan mengunci pergerakannya dengan memeluknya sangat erat. Sedangkan yang lainnya menatap khawatir Cindy, ini bukan untuk yang pertama kalinya, mungkin ke'sekian kalinya.

"Lo harus tenang dulu, kendali'in diri lo."

Cindy semakin memberontak.

"Kita ke rumah lo, ya? Gue antar pulang."

"Dia ada di depan rumah aku," cicitnya.

"Putusin dia."

"Aku takut."

Saka menghela napasnya sesaat. "Mau gue bantu?"

Cindy berhenti memberontak, kepalanya ia dongakkan dan menatap Saka. "Kamu mau bantu aku?"

TARASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang