[62] Mati Rasa

9.8K 597 255
                                    

Di dalam ruangannya, Asya masih senantiasa menatap foto dari pemberian Saka. Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, dan itu sama sekali tak membuat dirinya untuk segera tidur.

Foto pertama, di belakangnya ada sebuah tanggal di sana. 19 Oktober.

Cantiknya AkaMine!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cantiknya Aka
Mine!

"Enak gak makanannya?"

Dengan mulut yang penuh makanan, Asya kini menatap Saka di hadapannya dengan tatapan tak terbaca.

"Gak enak!"

"Loh?"

Asya kembali menyuapi mulutnya sendiri. "Soalnya gak di suapin Saka," lanjutnya dengan memperlihatkan cengirannya.

"Gak usah alay."

Senyuman Asya seketika memudar saat itu juga. Raut wajahnya bahkan berubah datar seketika. Tanpa ada niat untuk meladeni Saka lagi, Asya kembali memakan lahap makanannya dengan menggebu-gebu. Kesal bercampur malu menyerangnya tiba-tiba.

Melihat itu, Saka diam-diam mengulas senyumnya. Laki-laki itu kini mulai fokus pada ponselnya, dan mengabaikan Asya yang kini semakin marah.

"Marahnya cantik."

"Asya gak cantik! Asya jelek kayak anak baru jatuh di emperan!" balas Asya nyolot kala mendengar suara Saka yang begitu kecil.

Cekrek!

"BLIS-NYA NYALA, AKA!"

Sontak, Asya menjauhkan makanannya. Mood makannya hilang. Di tambah Saka yang memfotonya tanpa izin. Kan Asya takut, dirinya tampak jelek di kamera itu.

Tak berselang lama, Saka meraih jaket beserta kunci motornya. "Gue mau pulang. Mau ikut?"

Asya diam. Tak minat untuk sekedar membalas.

"Gak romantis," cibir Asya kala melihat Saka yang berlalu begitu saja meninggalkannya. Rasa sesak tiba-tiba menyerangnya saat tau Saka benar-benar meninggalkannya sendiri. Kepalanya beralih tertunduk, dan ia berniat memesan ojek saat itu.

"Saka yang ngajak makan, terus dia juga yang ninggalin. Nyebelin banget!" gerutunya selama memesan ojek.

"Jomblo ya? Butuh tumpangan? Di jamin gratis"

Suara berat seseorang tiba-tiba berhasil membuat tubuh Asya merinding. Ia menggeleng kecil dan tetap akan memesan ojek.

"Udah punya pacar. Situ yang jomblo!"

"Gue juga udah punya pacar kali. Cantik, sombong, suka nyolot, cengeng, pintar, galak, ngambekan, lucu, beuuh, lengkap kan? Kurang sempurna bagaimana lagi?"

Kesal mendengar ocehan tak bermutu itu, Asya lantas balas menatap lelaki di hadapannya dengan nyalang. Seperkian detik, mata bulatnya mengerjap beberapa kali saat melihat orang tersebut.

TARASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang