Aman, masih bisa update.
Ramaikan part kali ini, seperti part sebelumnya yups.
****
"Papi sudah mau pulang?"
Kris mengangguk mengiyakan dengan senyuman kecilnya. Lelaki itu lantas berjalan mendekati Asya yang tengah duduk di sofa. "Mau ikut ke bandara?"
Asya dengan gesitnya bangkit dari sofa, gadis itu mengangguk antusias. "MAU BANGET! BANG KIS TUNGGU, ASYA MAU GANTI BAJU!" teriaknya semangat, lalu berlari menuju kamarnya.
Tak butuh waktu lima menit, Asya sudah berdiri di sebelah Kris dengan cengirannya. Gadis itu dengan semangatnya menarik lengan sang kakak agar cepat berjalan. Tapi terhenti di ujung pintu masuk rumah, kala Cindy yang juga ingin masuk ke dalam rumah berhenti melangkah saat berpapasan dengan Asya dan juga Kris.
Dengan kantong belanjaannya, Cindy sedikit mengerutkan alisnya bingung. "Kalian mau kemana?"
Asya terdiam dengan sorot mata yang sulit di jabarkan. Attensinya menatap Cindy dari atas sampai bawah, lalu menatap gadis itu lagi.
"Ke Bandara." Bukan Kris yang menjawab, melainkan Asya.
Reaksi yang Cindy tunjukkan hanya mengangguk beberapa kali. "Mau jemput Mama sama Papa, ya? Aku boleh ikut?"
"Gak boleh." Belum sempat Kris menjawab, Asya lebih dulu menyahut.
Cindy tampak tercengang, namun setelahnya, gadis itu tersenyum singkat lalu mengangguk mengerti.
"Gak apa-apa kalau lo mau ikut." Kris akhirnya menyahut, namun Asya menatap lelaki itu dengan pandangan tak suka.
Mengerti raut tak setuju dari wajah Asya, Cindy akhirnya menggeleng. "Gak usah. Aku mau beresin barang aja. Biar cepat pindahannya."
"Iya. Kan Cindy udah punya rumah dari tanah Asya. Kenapa harus tinggal di sini lagi." Dengan santainya, Asya berkata demikian.
Cindy tersenyum miris, lalu sedikit menunduk. Jujur, dirinya sedikit tertohok ketika mendengar ucapan Asya. Tapi yang di katakan gadis itu juga benar apa adanya.
Tanpa ingin berlama-lama lagi, Asya langsung menarik lengan Kris agar segera berjalan menuju mobil. Lain halnya dengan Cindy, gadis itu menghembuskan napasnya sejenak lalu berjalan masuk untuk bersiap pindah rumah, lagi.
Cindy cukup sadar diri untuk tinggal di rumah Asya, lagi pun dirinya sudah di belikan rumah oleh Papa Asya. Kurang apa lagi?
Langkah Asya tiba-tiba terhenti kala Kris berhenti berjalan. "Bang Kis, ayo. Nanti Papi sama Mami sudah tiba di bandara."
Kris menatap manik mata Asya sejenak. "Bisa jangan kayak tadi?"
Asya mengernyit heran. "Maksud, Bang Kis?"
"Jangan terlalu cuek ke Cindy. Dia nanya baik-baik Asya, kenapa lo malah sinis ke dia?"
Perlahan, Asya melepaskan pegangannya pada lengan Kris, wajahnya yang tadi sangat gembira otomatis berubah cemberut. "Asya gak suka Cindy."
"Alasan lo?"
"Dia selalu dekatin Saka. Selalu caper ke Saka. Asya gak suka."
"Lo tau alasan dia kayak gitu?"
Asya menggeleng lemah.
"Jadi, jangan lo benci Cindy karena-"
"Asya benci Bang Kis," ucap Asya memotong ucapan Kris. Matanya berubah menyorot tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARASYA [END]
Teen FictionSequel of DEVAMEL Singkat saja, ini sebuah kesedihan yang tertunda. Kisah tentang seorang Dhea Tarasya Leander, gadis cantik, imut dan juga pintar. Tapi di balik itu semua, ia memiliki sifat yang childish, egois, dingin dan juga bodo amat dalam seke...