Assalamualaikum, semua.
Sebelumnya, maaf banget kalau nunggu lama. Karena aku ada kesibukan sendiri seperti yang udah aku infokan, jadi gak fokus buat lanjut ceritanya.
Pasti udah pada minggat semua, kan. Gapapa, karena epilognya agak gantung, aku mau lanjut dikit.
Happy reading!
****
Di sebuah pemakaman yang sangat luas, dan di salah satu hadapan makam seseorang, baik Asya dan salah seorang laki-laki yang sedari tadi bersamanya kini sama-sama bungkam di hadapan makam tersebut.
Sejenak, manik mata Asya yang memerah bergulir dan menatap lelaki yang tengah bersimpuh di tanah dan menyiram makam tersebut setelah menaburi bunga. Beberapa kali, gadis itu mengusap mata beserta hidungnya, bahkan sebisa mungkin dirinya berusaha tak menangis.
Matanya ia pejamkan, begitu pun dengan pendengarannya yang seolah ia tulikan.
Semua perlakuan dia, sangat sulit bagi dirinya untuk mencerna.
Entah harus senang atau sedih.
Karena sekarang, seorang laki-laki yang bernama lengkap Saka Fastino, sudah tak merasakan sakit lagi.
Bibir gadis itu berkedut naik dengan hembusan napas berat. Sebisa mungkin dirinya tersenyum.
Dengan sangat hati-hati, gadis itu ikut turun dari atas kursi rodanya dan kini membiarkan celananya kotor terkena tanah, ia ikut mengusap nisan di hadapannya dengan kepala yang tertunduk lesu.
"Asya akan selalu ada ... Saka gak usah sedih lagi," katanya dengan nada sedikit berat.
Dan bertepatan dengan itu, rasanya, seperti dirinya tengah di rengkuh oleh seseorang. Sangat hangat dan nyaman. Perlahan, gadis itu memejamkan matanya erat, berusaha merasakan rengkuhan itu.
"Saka," panggilnya.
Sekarang, ia dapat merasakan kepalanya tengah di usap.
"Saka...."
"Hm?"
"Asya kangen."
Lelaki yang tengah memeluk Asya kini tersenyum kecil.
"Sama."
***
Sehabis dari pemakaman, Asya bersama seseorang tadi kini berada di sebuah kedai pinggir jalan yang tak jauh dari pemakaman.
"Minum dulu."
Asya mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk dan menatap minuman di hadapannya, lalu beralih menatap lelaki di sampingnya.
Melihat tak ada pergerakan, lelaki itu meraih minuman tersebut dan mengarahkannya pada bibir mungil Asya. "Di minum," katanya lagi, yang langsung di turuti oleh gadis tersebut.
"Udah enakan?" tanyanya lagi yang langsung mendapat anggukan singkat.
Lelaki itu kemudian mengubah posisi duduknya dengan menghadap Asya seutuhnya. Tangannya yang bebas, naik, kemudian mengusap kantung mata beserta pipi gadis itu secara teratur.
"Kenapa gak bilang dari awal?" Pertanyaan dari Asya berhasil menghentikan pergerakan lelaki tadi.
"Kan, aku udah bilang."
"Saka gak pernah bilang. Dan Saka gak pernah jelasin ke Asya."
Lelaki itu tanpa sadar terkekeh singkat. "Aku udah pernah bilang padahal, kalau aku udah gak sakit lagi, udah sembuh. Kamu-nya gak percaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TARASYA [END]
Teen FictionSequel of DEVAMEL Singkat saja, ini sebuah kesedihan yang tertunda. Kisah tentang seorang Dhea Tarasya Leander, gadis cantik, imut dan juga pintar. Tapi di balik itu semua, ia memiliki sifat yang childish, egois, dingin dan juga bodo amat dalam seke...