[07] Hadiah Kecil

9.6K 655 941
                                    

Setelah tiba di depan gerbang, Saka perlahan memasukkan motornya ke dalam pekarangan rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah tiba di depan gerbang, Saka perlahan memasukkan motornya ke dalam pekarangan rumahnya. Matanya menatap bangunan megah di hadapannya. Setelah itu, ia kembali menghembuskan napasnya kasar.

Saka melepaskan helm yang tersangkut di kepalanya, ia kemudian sedikit mengacak rambutnya dan segera turun dari atas motor menuju pintu rumah.

Saat tiba di dalam rumah, hal pertama yang ia lihat adalah Papa-nya yang sedang memegang sesuatu dengan tatapan menusuk. Saka yang tak mengerti pun hanya melanjutkan langkahnya, tak berniat menyapa atau pun bertegur sapa. Walaupun ia melakukan itu, sudah dapat di pastikan ia sama sekali tak dihiraukan.

Bara-Ayah Saka langsung bangkit dari kursinya, menatap putranya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Saka."

Sontak, Saka memberhentikan langkahnya dan sedikit berbalik menatap Bara. Ia mengangkat satu alisnya.

Bara berjalan mendekat ke arah Saka dan melemparkan sebuah kertas tepat di hadapan putranya. Saat itu juga, Saka langsung meraih kertas tersebut dan menatapnya datar.

"Itu apa?!" tanya Bara, terlihat jelas ia menahan kekesalannya saat ini.

"Kertas," jawab Saka apa adanya.

Bara yang mendengar itu menghela napas panjang. "Kenapa nilai kamu bisa turun 5%?"

Saka yang mendengar itu terdiam beberapa saat, setelahnya, ia lantas sedikit terkekeh. "Emang kenapa? Apa masalahnya buat Papa? Gak ada. Untung dan ruginya juga Saka yang terima."

"Saka!" peringat Bara.

Saka yang mendengar itu menatap Papanya sambil menaikkan alisnya. "Kenapa? Papa mau apa lagi?"

Bara diam, matanya menatap manik mata putranya itu. "Papa mau, bulan depan nilai kamu lebih baik, Saka."

Saka langsung melempar asal kertas yang berada di genggamannya dan berlalu pergi, tapi baru beberapa langkah, ia langsung berhenti dan sedikit berbalik menatap Bara.

"Cuman itu, kan? Saka bisa lakuin. Tapi, kembaliin Mama ke Saka."

Saat tak mendapat balasan dari Bara, Saka sedikit berdecak kesal. Pandangannya tiba-tiba beralih pada seorang lelaki yang berdiri di ambang pintu sedari tadi dengan pakaian putih birunya.

Tanpa memperdulikan apa pun, dan Papanya itu tak ingin membalas ucapannya, Saka lebih memilih berlalu naik ke atas kamarnya. Lebih memilih menghindari pertengkaran yang mungkin bisa saja terjadi nanti.

Aska, lelaki itu berjalan masuk dan meraih kertas yang tergeletak di lantai lalu memperhatikannya.

"Nilai Bang Saka udah bagus, Pah. Bang Saka sering dapat peringkat satu. Kenapa malah di marahin? Papa sadar gak, Papa egois."

Aska berdiri dari jongkoknya dan menatap Bara yang sedang tampak terdiam, entah sedang memikirkan apa. Ia memberikan kertas tersebut pada Bara dan sedikit mengacak rambutnya sendiri.

TARASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang