Bel pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu, kini Asya sudah siap dengan sepeda listriknya. Matanya menatap seluruh penjuru tempat parkir. Ramai. Itulah yang menggambarkan suasana parkiran sekolah saat ini.
Gantungan kunci yang Saka berikan tidak akan ia pakai di tasnya, melainkan akan ia pajang di kamarnya. Menarik.
Asya lantas naik ke atas sepedanya, berniat untuk menjalankannya, tapi aksinya itu terhenti saat merasakan sepedanya seperti di tarik dari arah belakang. Sontak, Asya menengok ke belakang dan mendapati sosok cowok yang menyebalkan.
"Lepas ihh! Asya mau pulang!"
Saka hanya mengedikkan bahunya tak perduli. Ia kemudian menarik tangan Asya sehingga gadis itu turun dari atas sepeda.
"Pulang bareng gue," ajak Saka.
"Gak bisa."
Saka sedikit mengernyit, menatap Asya tak mengerti. "Gak bisa kenapa?"
Asya menoleh ke arah sepedanya seolah menunjukkannya pada Saka. Setelah itu ia mengerucutkan bibirnya dan menghela napasnya. "Sepeda Asya gimana? Masa di tinggal?"
"Gak apa-apa, nanti teman gue yang bawain sepeda lo pulang."
"Ribet tau," cemberut Asya.
"Lo yang ribet, gue udah jadi pacar lo, jadi gue yang antar lo pulang. Gak ada bantahan, ikut gue buruan," ajak Saka. Ia lantas menarik tangan Asya menuju motornya.
Sementara Asya, ia memberontak ingin di lepaskan. Bagaimana nasib sepedanya nanti jika ia meninggalkannya?
Langkah Saka dan juga Asya berhenti tepat di hadapan sebuah motor besar. Lelaki itu memberikan satu helm pada Asya dan langsung naik saat ia sendiri sudah mengenakan helm-nya.
"Buruan."
"Tapi, sepeda Asya gimana? Kasian kalau di tinggal sendiri, nanti ada yang coret-coret sepedanya gimana? Kalau ada yang lecetin gimana? Kan kasian," cemberutnya.
"Bawel lo. Bentar Rafa yang bakal bawa pulang, lo tenang aja. Naik," titah Saka.
Asya semakin cemberut, ia lantas naik ke atas motor Saka dan langsung memegang jaket cowok tersebut.
"Pegangan, gue mau ngebut."
"Ish, banyak maunya. Jalan aja."
Saka yang mendengar itu langsung menyalakan mesin motornya, membawanya keluar dari parkiran sekolah dan menjalankannya di jalanan yang cukup ramai. Saat itu juga, Saka langsung menancap gas motornya.
"SAKAA, PELAN-PELAN! KALAU MAU MAU MATI, JANGAN NGAJAK ASYA!" pekik Asya, ia lantas memeluk Saka dari belakang. Ia tadi sudah hampir terjengkang ke belakang.
"MAKANYA, PEGANGAN GUE BILANG!" balas teriak Saka.
Asya langsung memukul pundak Saka keras dan memalingkan wajahnya ke samping. Kesal dengan cowok di hadapannya saat ini. Sedangkan Saka, ia menatap tangan Asya yang melingkar di pinggangnya, kemudian menghela napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARASYA [END]
Teen FictionSequel of DEVAMEL Singkat saja, ini sebuah kesedihan yang tertunda. Kisah tentang seorang Dhea Tarasya Leander, gadis cantik, imut dan juga pintar. Tapi di balik itu semua, ia memiliki sifat yang childish, egois, dingin dan juga bodo amat dalam seke...