Asya meminum air putih yang di berikan untuknya. Gadis itu kemudian bersandar pada sandaran kursi mobil dengan berusaha menenangkan diri. Matanya ia pejamkan sejenak.
"Sekarang tujuan Non Asya kemana?"
Asya membuka pejaman matanya. Ketika dirasa lebih baik, ia menegakkan tubuhnya. "Asya mau pulang."
"Baik, Non."
Ia kembali menjatuhkan kepalanya pada sandaran kursi mobil. Tatapannya berubah kosong dengan berbagai fikiran yang tak tertentu.
"Om," panggilnya.
"Kenapa, Non?"
"Masalah tadi, jangan kasih tau Papi, ya? Jangan aduin Saka," pintanya dengan tatapan memohon.
"Tapi ...."
"Asya gak mau ada masalah lagi. Asya gak mau repotin Papi lagi. Anggap aja masalah tadi gak pernah terjadi."
Setelah berkata demikian, Asya tersenyum getir. Nyatanya, bagi dirinya sendiri mungkin itu adalah kenangan terburuknya ketika bersama dengan Saka. Dan untuk selamanya, dirinya tak akan bisa melupakan kejadian tersebut.
"Baik, Non."
Asya meraih ponselnya saat suara notifikasi masuk menyerbunya. Keningnya sedikit bertaut kala melihat siapa pengirimnya. Dengan tangan yang sedikit gematar, ia membuka pesan tersebut.
Saka kingkong😈
Mengetik ...|Sya
|Asya
|Lo gak apa-apa kan?
|Asya, balas
|Gue tadi kelepasan
|Sekarang lo di mana?
|Tarasya...
|MaafAnda telah memblokir kontak ini. Ketuk untuk membuka blokir.
Setelahnya, Asya melempar ponselnya sembarang arah. Mulai sekarang, ia akan melupakan semua rasanya pada Saka. Ia akan membiasakan diri tanpa ada Saka di sisinya. Ia pasti bisa.
Tak urung, perlakuan Saka tadi berhasil membuat dirinya kembali merasa takut, gadis itu meraup wajahnya dan sebisa mungkin menahan suara isakannya.
"Nangis aja, Non. Gak usah di tahan," sahut pria tersebut.
Asya mengangkat wajahnya, dan menatap pria tersebut. Ia kemudian kembali tertunduk dengan tangan yang masih bergetar hebat. Bahkan, ia menggigit bibir bawahnya sangat kuat guna menyingkirkan rasa takutnya.
"Hiks...." Suara isakan pertama lolos, dan selanjutnya isakannya mulai terdengar jelas di dalam mobil.
****
Asya masuk ke dalam rumah, dan hal pertama yang dia dapatkan adalah keadaan yang sepi. Dengan langkah gontai, ia melanjutkan langkahnya untuk berjalan masuk.
"Asya."
Suara sahutan di ruang keluarga berhasil membuat langkah Asya terhenti. Gadis itu kemudian berbalik dan menatap kakaknya yang tengah sibuk dengan laptop. Sudah jelas, lelaki itu tengah mengerjakan tugas.
"Bisa ambilin flashdisk gue di kamar?"
Asya bungkam tanpa ada niat sama sekali untuk menjawab. Gadis itu menatap secara seksama punggung Kris. Kakinya sedikit melangkah mundur.
Merasa di abaikan, Kris akhirnya berbalik dan menatap Asya dengan tatapan heran. "Gue cuman minta ambil— lo kenapa?"
Kris bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Asya. Di tatapnya mata Asya yang tampak sembab dengan bibir yang pucat. Lalu turun dan menatap tangan adiknya yang tampak mulai bergetar. Kris kemudian meraih tangan Asya dan memegangnya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARASYA [END]
Teen FictionSequel of DEVAMEL Singkat saja, ini sebuah kesedihan yang tertunda. Kisah tentang seorang Dhea Tarasya Leander, gadis cantik, imut dan juga pintar. Tapi di balik itu semua, ia memiliki sifat yang childish, egois, dingin dan juga bodo amat dalam seke...