Hola!
Maaf kelamaan up. Kebanyakan tugas yang masuk. Harap maklum ya pren><
Jangan lupa vote sebelum baca! Komen juga yups.
****
Devan dengan segera berjongkok dan mengangkat kepala putrinya. Di usapnya kepalanya secara lembut dengan mata yang perlahan memanas. Dengan merobek asal bajunya, ia membersihkan sebagian bekas darah yang terdapat pada wajah putrinya.
Sedangkan Kris yang mendengar jelas adanya suara tembakan, kini berlari keluar dengan perasaan tak tenang. Laki-laki itu berhenti tak jauh dari pintu utama. Jantungnya untuk beberapa detik seolah berhenti ketika melihat apa yang sedang terjadi.
"Asy— Asya?" panggilnya dengan suara yang tercekat. Napasnya memburu melihat tubuh adiknya yang bersimbah darah.
Dengan langkah lebar, dan tanpa basa-basi, ia menarik kerah belakang baju seorang pria yang masih berada di hadapan Asya. Matanya menyorot tajam menatap pria di hadapannya, meskipun umur mereka sangat jauh berbeda, Kris tak memperdulikannya.
"Lo apain Asya sial*n?!"
Bugh!
Tanpa ada keraguan sama sekali, Kris melayangkan pukulan pertamanya pada pria di hadapannya hingga pria tersebut tersungkur di lantai.
Kris mendongak guna menatap semua bodyguard Papinya. Tatapannya mengarah pada pistol yang mereka semua genggam. Kris tampak berdecih melihat itu.
Sementara Kris yang kembali menghajar pria aneh itu, Devan kini berusaha menenangkan Asya yang tampak sangat ketakutan. Bahkan tubuhnya masih bergetar hebat.
"Pa— Papi ... Tak— takut."
"Gak apa-apa, Asya tenang. Ada Papi." Devan mengusap punggung Asya yang memeluknya sangat erat. Matanya ia pejamkan sejenak guna menjernihkan pikirannya.
Sungguh, tadi ia sempat mengira yang bodyguardnya tembak adalah Asya, putrinya. Namun dugaannya salah besar! Yang mereka tembak adalah pria aneh tersebut.
Bodyguard yang bernama Guard lah yang telah menodongkan pistol. Ia secara tak sengaja menodongkan pistol itu pada Asya, dan setelahnya ia lantas menembak pria tersebut yang sudah dengan beraninya menyerang putri dari majikannya.
Akibatnya, pria tersebut terkena dua tembakan. Dan darah pria tersebut yang memang posisinya sempat berada di atas Asya menetes dan mengenai wajah gadis tersebut. Bagaikan air, darah itu memenuhi seluruh wajah Asya.
Asya beberapa kali menggelengkan kepalanya. Guna menahan kesadarannya agar tak hilang. Kepalanya benar-benar sakit sehabis terbentur dengan lantai.
"Gelap ... Asya gak suka," racaunya. "Or—orang yang tadi mau ... mau bunuh Asya," adunya dengan gelengan kecil.
Devan diam, ia terus saja mengelus kepala Asya agar dia merasa lebih tenang. Attensinya beralih pada Kris yang tampak sudah berhenti menghajar pria tersebut. Baguslah. Setidaknya Devan tak perlu turun tangan akan hal itu.
Pandangannya terkunci pada seorang wanita yang diam membeku tak jauh darinya. "Sayang," panggil Devan.
Mel dengan tatapan nanarnya, kini berjalan mendekat dan ikut berjongkok. "Asya ... Asya kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TARASYA [END]
Teen FictionSequel of DEVAMEL Singkat saja, ini sebuah kesedihan yang tertunda. Kisah tentang seorang Dhea Tarasya Leander, gadis cantik, imut dan juga pintar. Tapi di balik itu semua, ia memiliki sifat yang childish, egois, dingin dan juga bodo amat dalam seke...