[18] Bimbang

7.4K 473 634
                                    

"Perasaan aneh, buruk, itu selalu ada. Dan untuk kesekian kalinya, perasaan itu ku tepis."

☘️☘️☘️

Saka dengan sigap berjongkok tepat di hadapan Asya. Menatap gadis itu yang tampak sedikit meringis, ia juga malahan ikut meringis saat melihat Asya.

"Sakit, ya?" tanya Saka dengan lagak bodohnya.

"Nggak!"

"Owh, kira'in."

"Ish, sakit Saka! Jahat banget sih buat Asya jatuh," gerutunya. Ia beralih mendorong tubuh Saka agar sedikit mundur darinya.

"Lo bilang nggak."

"Saka gak peka, ihh!"

"Pms, ya?"

Mendengar itu, Asya sedikit mencibir dalam hati. Bukannya membantunya untuk berdiri atau apa lah, cowok itu malahan terus melayangkan pertanyaan untuknya. Sudah jelas Asya marah.

"Iya, emang kenapa?"

"Pantes."

Melihat Saka yang bangkit dari jongkoknya membuat Asya berdecak kesal. Bibir yang awalnya manyun kini mengembang perlahan saat Saka mengulurkan tangannya. Bukannya meraih uluran tangan tersebut, pandangan Asya beralih pada telapak tangan yang tampak sangat bagus itu.

"Kenapa di liatin? Berdiri."

Asya terkesiap, ia lantas meraih uluran tangan Saka. Setelah berdiri dengan sempurna, Asya menatap pergelangan tangan Saka dengan pandangan yang tampak bingung.

"Tangan Saka berdarah?" tanyanya dan menatap pergelangan tangan Saka yang terbalut baju putih cowok tersebut. Darah merah, baju putih, maka akan tampak sangat jelas. Dan bodohnya, Asya baru menyadarinya.

Saka sedikit menunduk dan menatap pergelangan tangannya. Alisnya ia tautkan, saat mengingatnya, ia beralih mengangkat bahunya tak perduli. "Kegores pisau tadi."

"Hah? Seriusan?"

"Becanda."

"Saka! Asya serius, itu kenapa?"

"Gue gak siap seriusin lo," balasnya datar.

"Ngelantur banget sih. Asya nanya-nya apa, jawabnya apa, gak nyambung!"

Saka sedikit berdecak kesal. Sedari tadi gadis di hadapannya ini terus berceloteh dengan nada tak santainya, apa-apa selalu nge-gas. Kalau bukan nge-gas, pasti omongannya nyelekit sampai kena ulu hati.

Bukannya menjawab, pandangan Saka beralih pada telapak tangan Asya yang sedikit tergores. Terdapat sedikit darah yang keluar dari telapak tangan Asya. Hal itu berhasil membuat Saka sedikit menoleh ke samping dan menatap kursi roboh yang Asya duduki tadi.

Matanya sedikit menajam saat melihat terdapat sebuah paku berkarat di kayu tersebut. Dan itu berarti, tadi Asya tergores paku itu. Tapi anehnya, gadis itu tak merasa sakit sama sekali.

Tangan Saka beralih meraih pergelangan tangan Asya dan memperlihatkan telapak tangan tersebut pada pemiliknya.

Mata Asya sedikit membulat. Matanya menatap telapak tangannya yang lecet. "Tangan Asya lecet, kasian banget."

Mendengar itu, Saka lantas menggelengkan kepalanya tak habis fikir. Ia beralih berjalan maju beberapa langkah dan mengambil botol air minum yang ia berikan pada Asya tadi. Tangannya kembali meraih pergelangan tangan Asya dan membersihkan luka tersebut.

Setelah merasa sudah, Saka berniat melap dan mengeringkan telapak tangan Asya tapi tak menemukan sesuatu untuk ia gunakan. Dengan terpaksa, cowok tersebut melap sisa air di tangan Asya menggunakan baju yang ia kenakan dengan sangat hati-hati.

TARASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang