[19] Ketakutan

7.3K 463 408
                                    

+62821xxxxxxxx
Tinggal pilih,
Mati tragis atau hidup tragis?

Asya menatap sebuah pesan yang di kirimkan untuknya, menarik napasnya dan menghembuskannya. Memejamkan matanya sesaat dan kembali membukanya. Ia beralih menatap sebuah pesan yang lain lagi.

+62819xxxxxxxx
Dia ingin mematahkan semangatmu, menjatuhkan mentalmu ... maka kau akan mati dengan sendirinya.

Hening melingkupi sekitarnya. Secara perlahan, Asya mematikan ponselnya dan meletakkannya ke dalam sakunya.

"Aneh banget orang yang ngirim pesan kayak gitu. Dapat nomor Asya dari mana coba?" monolognya.

"Kalau ada orang yang ngirim pesan gak jelas sama lo, kasih tau gue, ya?" perkataan dari Kris tiba-tiba muncul di ingatannya, dengan cepat Asya menggeleng seolah tak ingin melakukan itu.

"Akh, Bang Kis mah pasti kalau Asya aduin yang ada di cuekin. Kan gak enak di cuekin." Asya beralih mengulum bibirnya dalam-dalam, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. "Gak usah kasih tau deh, gak penting juga."

Gadis itu kembali menelungkupkan kepalanya di atas kedua lipatan tangannya yang berada di atas meja. Ia bahkan sesekali menguap.

"Ngantuk banget, hoam."

"Sya, gak ke kantin?" tanya Risa yang sudah berdiri tepat di depan meja Asya.

Asya sedikit tersentak, ia bangun dari tidurnya dan menatap Risa sembari menggelengkan kepalanya.

"Lo kenapa, Sya? Sakit? Dari tadi perasaan lo tidur mulu deh," sahut Mira dan menatap Asya sedikit khawatir.

"Nggak kok, Asya cuman ngantuk doang. Kalian ke kantin aja."

"Mau nitip sesuatu gak? Nanti Nana yang beli'in," usal Nana.

Asya kembali menggelengkan kepalanya. "Dari pada makan, mending tidur."

Mereka bertiga, Risa, Mira dan juga Nana menggelengkan kepalanya beberapa kali, tak habis pikir dengan kelakuan Asya. Setelah merasa Asya kembali terlelap, mereka bertiga akhirnya ke kantin terlebih dahulu.

Belum sempat Asya tidur sepenuhnya, ia kembali mengangkat kepalanya. Tangan mungilnya terangkat dan memegang bagian dadanya sendiri, berusaha merasakan detak jantungnya yang sempat berdetak tak karuan dan napasnya yang tercekat.

Asya menggelengkan kepalanya kuat dan langsung membenturkannya di meja.

"Asya mau ganti kepala, bisa gak ya?"

Asya kembali membenturkan kepalanya beberapa kali di meja dengan perlahan, berusaha menghilangkan beberapa ingatan yang sempat dia ingat. "Itu lagi, itu lagi. Capek mimpi itu terus. Asya lama-lama ganti otak kalau kayak gini."

Gadis itu memberhentikan aksinya, masih dengan keadaan tertunduk, ia meremas roknya sangat erat. "Takut," lirihnya sangat pelan, ia beralih menggigit bibir bawahnya sangat kuat. "Mimpi itu gak nyata, tapi ... Asya takut."

Baru saja ia ingin membenturkan kepalanya kembali, pandangannya tiba-tiba ia angkat saat seseorang menaruh sebuah kotak susu tepat di meja hadapannya dan menahan kepalanya. Asya menatap orang tersebut dengan tatapan terkejut.

"Kenapa gak ke kantin?"

Asya sedikit menunduk sebelum menjawab. Ia langsung bangkit dari duduknya dan menatap Saka yang tengah duduk di atas mejanya.

"Asya lagi gak pengen."

Baru saja Asya ingin berlalu keluar, tapi Saka dengan cekatan menahan pergelangan tangannya sebelum gadis itu benar-benar berlalu pergi dari dalam kelas.

TARASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang