[35] Incident

8.9K 482 731
                                    

Mungkin part kali ini agak panjang. Hitung-hitung sebagai pengganti karena aku kelamaan update.

Semoga kalian gak bosen bacanya><

☘️☘️☘️

Guy Savoy • Paris, Prancis at 13:05

Mel menghentikan langkahnya tiba-tiba, sontak saja Devan ikut menghentikan langkahnya tepat di hadapan salah satu restauran yang terdapat di Paris, Prancis.

"Kenapa berhenti?" herannya.

"Kenapa kita ke sini? Di rumah, Bibi sudah masak, kamu gak ngehargain Bibi masak apa?" Bukannya menjawab, wanita itu malahan bertanya balik.

"Di rumah ada Mama sama Papa. Nanti mereka yang makan."

"Gak. Aku mau pulang."

Devan menahan istrinya itu agar tak kembali masuk ke dalam mobil. "Kenapa gak mau masuk, hm?"

"Ya, gak mau aja. Papi gak tau atau pura-pura lupa? Ini restoran satu menu ngelebihin 5 Jt. Mahal. Mending masakan di rumah."

"Jangan berlagak gak punya uang, sayang."

Mel mengerutkan keningnya. "Bukan gitu, harga makanannya mahal, tapi gak buat perut kenyang."

"Beli dua menu."

"Dua menu palamu! Satu menu hampir 5 Jt lebih. Kamu mau bangkrut, hah?!"

Devan mengelus dadanya sesaat, istrinya ini memang sangat teliti dalam pengeluaran. "Gak apa-apa. Gak usah hitung-hitungan, biar aku yang bayar semua."

"Kita itu harus nge-rendah untuk salto. Giman sih?!" kesalnya dan mengapit lengan suaminya untuk berjalan masuk.

"Kata siapa?"

"Anak kita dong. Kris."

Devan tak bisa tinggal diam melihat tingkah istrinya ini yang semakin hari, semakin membuatnya gemas. Sebisa mungkin ia menahan dirinya agar tak menerkam istrinya saat ini juga.

"Kita mau ketemu siapa emang?" tanya Mel pada akhirnya.

"Faren."

***

Jakarta, Indonesia at 06:39

Setelah melayangkan pertanyaan 'Lo ... mau berhenti?' Sudah dapat di tebak bukan, jawaban yang akan di berikan oleh Asya? Sudah jelas gadis itu tidak mau. Meskipun dulu dirinya ingin putus dari Saka, tapi sekarang malah berbalik.

Sama halnya seperti sekarang ini, Saka menjemput Asya menggunakan motor kesayangannya dan berkahir di meja makan bersama Kris, Asya dan juga Cindy tentunya, untuk sekedar sarapan sebelum berangkat sekolah.

"Saka, selainya yang banyak. Asya suka."

Saka mengolesi roti dengan selai cokelat dengan sangat banyak, meskipun tak terlalu banyak. Satu hal yang dapat Saka pastikan, sang gadis sangat menyukai makanan cokelat. Oke, Saka akan mengingat hal yang satu ini.

Setelah jadi, ia menyodorkan roti tersebut pada Asya.

Asya dengan senang hati menerimanya, tapi tertahan saat Saka lebih dulu memasukkan roti tersebut ke dalam mulutnya. "Minum susu lo, buruan."

Dengan mulut yang penuh mengunyah roti, tangannya mengambil susu yang telah di buatkan oleh Kris untuknya dan meminumnya, sesekali Saka menyuapi Asya roti. Mirip bayi lah.

Kris yang duduk di seberang sana tampak acuh tak acuh, fokusnya lebih ke makanannya di banding memperhatikan dua anak muda yang tengah kasmaran. Selagi Saka bisa membuat adiknya bahagia, ya, dia tak masalah.

TARASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang