[45] MENGAKHIRI

13.5K 810 663
                                    

Permisi, numpang lewat~

Ramaikan part kali ini untuk lanjut!

****

Dengan sedikit berjalan menuju parkiran sekolah, Saka lantas menarik pergelangan tangan Asya, sehingga gadis itu menoleh ke arahnya. Sedangkan Zuan, laki-laki itu ikut berhenti melangkah dan menatap Saka heran.

"Mau kemana?"

Asya menunduk, tanpa ada niat sama sekali untuk menjawab.

Saka mengubah pegangan tangannya pada lengan Asya hingga menggenggam tangan gadis itu. "Gak usah bolos. Sekarang masuk kelas."

Dapat Saka lihat, Asya menggeleng kecil.

"Gak akan ada yang tahu soal penyakit lo. Semua sudah di atur sama Papi, lo. Jadi tenang. Oke?"

Perlahan, Asya mendongak untuk menatap Saka dengan pandangan bertanya.

"Tau dari mana?"

Saka tak menjawab, dia hanya tersenyum kecil menanggapi pertanyaan Asya. "Gak penting. Sekarang lo masuk kelas sana," katanya sembari menarik lengan Asya.

Asya melepaskan tangan Saka yang memegangnya. "Asya bisa jalan sendiri." Setelahnya, gadis itu berjalan kembali masuk ke dalam kelas setelah pamit secara singkat pada Zuan.

"Asya, lo pendarahan lagi?!"

Asya otomatis berhenti. "Sa—saka beneran?"

Setelah tiba tepat di belakang Asya, Saka menampilkan senyum jahilnya. "Hum, darahnya banyak di lantai."

Dan dengan bodohnya, Asya menoleh ke bawah untuk memastikan. "Kok— kok udah gak ada?"

Saka tampak berpikir sebelum menjawab. "Mungkin gue salah liat."

"Nyebelin, ihh! Asya gak suka!" Gadis itu mendorong tubuh Saka menjauh.

"Sama becandaan gue, atau sama gue?"

"Dua-duanya!"

Bukannya marah, Saka malah tersenyum bodoh. "Kok gemesin?" katanya dan menyusul Asya.

Sedangkan di sisi lain, Zuan yang sedari tadi diam kini mengelus dadanya. "Gak apa-apa sumpah. Gak apa-apa."

***

Setelah bel kedua istirahat berbunyi, benar saja perkataan Saka, Asya tak perlu khawatir akan penyakitnya yang dulu di deritanya tersebar, karena sekarang, semua tampak sama saja, tak ada yang terlalu mempermasalahkan atau pun membicarakannya. Mungkin hanya sebagian, tapi tak seburuk yang di pikirkan.

Sekarang, gadis itu tengah merangkum materi Sejarah Indonesia dan juga fisika di catatannya, guna untuk mempelajarinya Minggu depan, yang tersisa dua hari lagi, ia akan ujian awal semester. Gadis itu tak sendiri, di sebelahnya ada Risa, dan di hadapannya ada dua teman lainnya, Nana dan juga Mira.

"Megantrhopus itu apa sih? Yang di zamannya nenek moyang, yang purba-purba gitu bukan? Gue lupa dadakan sumpah!" heboh Nana dan menutup buku paket sejarahnya dengan kuat.

"Itu pelajaran kelas sepuluh dodol! Cari google gih, nanti ketemu juga jawabannya."

Nana mengeluarkan ponsel dari sakunya, lalu melakukan sesuai perkataan dari Mira. "Google terus andalin. Otak di pakai kek," gerutunya dengan suara kecil.

"Tapi Nana tetap cari di google juga. Jadi gak usah marah-marah," sahut Asya yang sedari tadi diam.

Nana otomatis berbalik menatap Asya yang kini menatapnya dengan tatapan polos. "Astaga, Sya. Mata lo berdosa banget."

TARASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang