[67] Keterangan Dari RS

9.8K 612 299
                                    

Bismillah, assalamualaikum. Sebelum baca, jangan lupa vote dan komen. Komen di paragrafnya juga cancii. Biar makin semangat nulis part selanjutnya.

Dan bagi yang belum follow, sebelum baca, ayo follow dulu.

Mau jeda panjang dulu,
200 vote + 200 komen = lanjut!
Bisa?

☘️☘️☘️

"Gak ketemu Mama?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Asya.

Kini, dengan modal pemandangan malam dari atas balkon kamar Asya, mereka berdua tengah duduk dengan di temani sunyi-nya malam.

Setelah kejadian tadi, Asya lebih memilih diam dan membiarkan cowok itu tenang dengan sendirinya.

Perkataan demi perkataan yang terlontar di bibir pucat Saka berhasil membuat sedikit hati Asya luluh, namun tembok yang sudah ia pasang kini kembali tertutup. Sedari tadi, Asya sama sekali tak menatap Saka, tatapannya seolah tak ingin menatap keadaan laki-laki tersebut. Takut, hatinya kian kembali luluh.

"Ketemu," balasnya, dari suaranya saja terdengar serak. "Tapi gak sempat ngomong."

Gadis itu mengangguk sebagai balasan.

"Tarasya."

"Asya...."

"Sya," panggil Saka kesekian kalinya.

"Kenapa?"

"Gue izin buat gak sekolah besok," katanya dengan mata yang terpejam.

"Hm."

Saka kembali membuka pejaman matanya. Auranya yang dingin kini tiba-tiba hilang di ganti dengan rasa tak bersemangat. Dari tatapan lelaki itu, seolah tak ada harapan yang terlihat.

"Gak ada kesempatan lagi, ya?"

Dua menit menunggu, Saka tersenyum kecil kala ucapannya sama sekali tak di balas. "Oke. Biar aku yang cari kesempatan itu."

Sekalipun harus lawan rasa takut.

"Tau kan?"

"Apa?" Asya akhirnya buka suara kembali.

"Kalau Saka udah balas perasaan Asya."

"Kalau udah tau, kenapa?"

"Biar nantinya, perjuangan aku gak sia-sia."

Tidak ada lagi sahutan setelah kalimat itu terlontar. Gadis itu pada akhirnya berbalik dan menatap lelaki di sampingnya yang kini memejamkan mata dengan mendongak ke atas.

"Kapan pulang?"

Saka sejenak menahan napasnya. Asya mengusirnya.

"... Sekarang," balasnya.

Saka kemudian bangkit dari duduknya, lalu menatap gadis di sampingnya.

"Apa aku belum bisa di maaf'in?"

Asya tak merespon.

"Gak masalah. Kalau gitu, aku pamit lagi," katanya dan dengan enteng mengusap kepala Asya. Senyumnya ia perlihatkan.

Sebelum Saka benar-benar pergi, Asya sempat menatap wajah lelaki itu yang tampak kian pucat. Tangan yang tadinya mengusap kepalanya bahkan terasa sangat panas.

Senyum Saka terlihat tulus, sampai rasanya senyum itu tampak seperti sebuah perpisahan.

Cukup lama terdiam dengan menatap punggung Saka yang kian menjauh, kini Asya menunduk dan menatap kakinya dengan sendu.

TARASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang