“Ambil perhatiannya, lalu rebut perasaannya. Sesimple itu untuk kau bisa merebutnya.”
☘️☘️☘️
Sepulang dari Pasar, baik Asya dan juga Saka sudah berada di dalam dapur, lengkap dengan semua bahan masakan.
Jika ditanya bagaimana mereka membayar, tentu saja dengan Saka yang meminta Jeno membawakan dompetnya dari rumah. Setelahnya, baru lah dirinya menarik uang tunai di bank. Sedangkan Jeno, cowok itu sudah dapat di pastikan akan meminta imbalan setelah melakukan itu.
Saka menatap Asya yang tampak memperhatikan semua bahan di hadapannya. Dengan alis yang berkerut, Saka sedikit berjalan maju dan memperhatikan raut wajah Asya yang tampak sedang berfikir.
"Lo tau masak, kan?"
Pertanyaan tiba-tiba itu berhasil membuat Asya menoleh. Sebelum menjawab, dirinya sempat berfikir sejenak. Setelahnya, baru lah ia menatap Saka dengan mengerjap polos dan juga tersenyum sangat merekah. "Asya gak tau masak," jujurnya.
Wajah Saka yang tadinya sempat tersenyum singkat, akhirnya berubah datar. Tangannya naik dan mengusap rambut Asya lembut. "Kenapa?"
"Takut, nanti masakannya gak enak," cicitnya.
Tanpa perlu menjawab, Saka ikut mengambil satu celemek dan memakainya. Ia berjalan menuju wastafel kemudian melipat ujung lengan bajunya hingga siku, lalu mencuci tangannya. Dan aktifitas Saka sedari tadi tak lepas dari attensi Asya.
'Itu pacar Asya? Kok ganteng?' Asya mengulas senyumnya dengan sangat lebar.
Saka meraih satu baskom sedang dan menyerahkannya pada Asya. "Belajar masak, biar pun hasilnya gak enak." Saka berpindah dan berdiri tepat di samping Asya. "Gue ajarin."
Asya sedikit mendongak dan menatap Saka yang berada di sampingnya. Tangannya meraih satu ikat sayur secara random, kemudian berjalan menuju wastafel untuk membersihkan sayur tersebut, dan pergerakan Asya sedari tadi selalu Saka awasi, bahkan ketika gadis itu berjalan mundur, maju, ke samping, maka Saka akan melakukan hal yang sama.
"Gini, ya, Aka?" tanya Asya sambil memperlihatkan caranya mencuci sayur.
"Hm."
Aktivitas Asya terhenti kala Saka meraih tangannya dan mengambil satu karet di situ. Cowok itu berpindah posisi dan berdiri di belakang Asya. "Ikat rambut lo sebelum masak."
Asya sedikit menoleh kebelakang, lalu kembali menatap sayur di hadapannya. Senyumnya mengembang tertahan.
"Wangi."
Asya kini melebarkan senyumnya, tubuhnya tiba-tiba panas dingin ketika Saka memainkan rambutnya dan sesekali mengendusnya. "Iya. 'kan Asya sebelum ke rumah Saka, Asya mandi dulu, biar harum."
"Manis."
Tepat di luar dapur, berdiri seorang laki-laki dengan wajah cengonya. Bibirnya terangkat sangat sempurna hingga membentuk sebuah senyuman. "Abang gue bisa juga baperin anak orang," ucapnya bangga dengan menepuk dadanya.
Aska lantas menutup matanya lalu berlari menaiki tangga. "Akh! Adegannya gak cocok buat dedek polos nan gemas kayak akoh."
***
Selesai dengan aktifitas mencuci sayur, Asya dengan wajah polosnya menatap berbagai macam peralatan dapur di hadapannya. Ia sedikit menggaruk pelipisnya yang gatal. Lalu, dengan ragu-ragu dirinya mulai mengambil satu pisau dapur.
Setelah pisau itu berada di genggamannya, ia menoleh menatap Saka yang juga masih menatapnya sedari tadi.
Asya bernapas lega saat dirinya tak salah mengambil pisau. Ia meraih sayur yang sudah di cucinya tadi, kemudian memotongnya dengan sangat perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARASYA [END]
Teen FictionSequel of DEVAMEL Singkat saja, ini sebuah kesedihan yang tertunda. Kisah tentang seorang Dhea Tarasya Leander, gadis cantik, imut dan juga pintar. Tapi di balik itu semua, ia memiliki sifat yang childish, egois, dingin dan juga bodo amat dalam seke...