[52] Painful Reality

6.9K 464 214
                                    

Hola!

Kalau boleh tau, kalian baca part ini pukul berapa?

Dengan sangat mohon, jangan kecewa dengan part kali ini, ya🙀

Ayo mampir di Instagram aku,
Ig : Amldwi_nanda
Insyaallah bakalan ada spoiler nanti di sana.

Selamat membaca!

☘☘☘

"Yakin lo mau ke sekolah?" tanya Aska yang kembali memastikan.

Saka hanya bergumam sebagai jawaban.

"Kondisi lo belum stabil. Masalah raport, biar gue yang ambilin. Lo istirahat aja di rumah."

Saka mengais kunci motor di atas meja kemudian meraih jaketnya. Dengan tatapan datarnya, ia menatap Aska lalu menggeleng sebagai jawaban. "Gue masih kuat," katanya dan berlalu keluar dari kamar.

"Gii misih kiit," ejeknya. "Lo masuk rumah sakit, gue sumpahin mati beneran! Biar tau rasa! Keras kepala!"

"Amin," balas Saka di balik pintu.

"Eh, buset! Gue tarik ucapan gue. Lo jangan mati."

Memang, di sekolahnya, setiap pengambilan raport maka para siswa sendiri lah yang mengambilnya. Namun, jika terdapat siswa yang nilainya sangat buruk, belum tuntas, dan bermasalah, maka dengan tegas para wali kelas masing-masing yang akan langsung menelfon orang tua murid dan menyuruhnya menghadap langsung.

☘☘☘

Jam menunjukkan pukul setengah sembilan, beberapa menit lagi pukul sepuluh tepat dan ia harus menerima raportnya. Saka yang berniat berjalan menuju kantin, kini ia urungkan kala melihat seseorang yang mungkin ... kini orang itu telah menjadi asing baginya.

Tatapannya yang datar menatap semua gerak-gerik gadis tersebut, hingga pada saatnya, perempuan itu berbalik dan balas menatapnya. Saka buru-buru berbalik dan menjauhi kantin sekolah. Tujuannya kali ini adalah taman.

Di sisi lain, Asya yang melihat Saka berbalik dan menjauhinya begitu saja kini bungkam. Tersirat rasa kecewa mendapat perlakuan seperti itu. Di jauhi, dan di anggap tak ada oleh seseorang yang di anggap istimewa.

Istimewa? Saka istimewa? Sudah jelas, sejak dulu, Saka orang pertama yang berhasil membuat Asya nyaman. Dan mungkin dia juga orang yang terakhir.

Jika kalian berfikir Asya bodoh, silahkan. Karena jika sudah menaruh perasaan yang sangat dalam pada seseorang, maka semua itu akan terjadi dengan sendirinya. Rasa kehilangan, hal yang sangat di benci.

Dengan sedikit menarik ujung baju yang tengah Ian kenakan, Asya menatap punggung Saka yang semakin menjauh.

Ian menunduk menatap Asya. "Kenapa?"

"Ian, Asya udah kenyang."

Ian menatap makanan Asya yang sudah habis dua mangkuk. Sudah jelas gadis itu kenyang. "Dua mangkuk habis. Gimana lo gak kenyang?" Kekeh Ian.

"Bayarin."

"Hah?"

"Makanan Asya bayarin," ujarnya tanpa tahu malu, bahkan ia menunjukkan cengiran khasnya.

Ian tersenyum kecil sebagai jawaban.

Melihat itu, Risa ingin minta keadilan. Gadis itu menyikut lengan Ian dan merenggut kesal. "Makanan gue juga bayarin sekalian, ya?"

TARASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang