[10] Sandaran

8.2K 602 778
                                    

Pelukannya perlahan Asya lepaskan, sedikit mengusap wajah orang di hadapannya lalu memejamkan matanya sesaat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pelukannya perlahan Asya lepaskan, sedikit mengusap wajah orang di hadapannya lalu memejamkan matanya sesaat. Sedikit menghembuskan napasnya.

"Lama gak ketemu, Silla baik-baik aja, kan?" tanyanya.

Gadis cilik dengan rambut panjang yang tergerai itu mengangguk antusias. Tangannya terangkat seolah menyuruh Asya untuk menyamaratakan tingginya. Dengan senang hati, Asya menunduk dan menatap anak kecil di hadapannya ini.

"Silla baik-baik aja, Kak. Kemarin mereka udah gak berani gangguin Silla lagi," adunya tampak semangat.

Asya kembali tersenyum mendengarnya. Pandangannya kembali ia angkat dan menatap lelaki di hadapannya yang tengah menatapnya dan juga Silla secara bergantian.

Ken, sahabat Saka.

Lelaki itu maju beberapa langkah dan mengusap rambut adiknya sesaat.

"Silla kenal Kakak ini di mana?" tanya Ken yang ikut berjongkok di hadapan Silla.

"Udah lama Kak Ken. Kak Syasa yang bantu turunin sepeda Silla dari pohon," ucapnya dengan tampang yang berusaha berfikir. "Kak Syasa sampai manjat loh."

Mendengar nama asing, Ken sedikit menautkan alisnya. Tapi beberapa menit kemudian, ia mengerti. Matanya kembali menatap Asya. "Makasih."

"Iya."

"Ken mau ngapain ke rumah Asya? Udah malam loh," tanya Asya yang baru teringat akan hal itu.

Baik Asya dan juga Ken kembali berdiri. Sedangkan Silla, gadis itu beralih berdiri di samping Asya dengan memainkan jari-jarinya.

Ken tak berniat menjawab, pandangannya beralih menatap ke sebelah kanan, seolah memperlihatkan seseorang. Asya dengan tampang keponya beralih menatap ke samping juga.

"Dia ngapain?" tanya Asya heran.

Ken menghembuskan napasnya sesaat. "Dia nungguin lo buka pintu rumah, tapi gak di bukain."

"Loh, kan Asya gak tau Saka bakal dateng. Kenapa gak nelfon?"

"Dia udah nelfon, tapi lo gak angkat."

Asya terdiam beberapa menit. Saat mengingat ponselnya berada di kamar, ia lantas mengangguk canggung. "Ponsel Asya di kamar."

"Gue pamit," pamit Ken yang langsung mengambil tangan adiknya.

Belum sempat Ken berlalu, suara Asya tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Ken mau ke mana? Kenapa Saka-nya gak di bawa?"

Ken kembali menatap Saka yang tengah tertidur di kursi teras Asya. "Dia udah nunggu lo di luar dua jam ... Saka mau ngomong sesuatu sama lo." Tanpa menunggu balasan, Ken kembali berlalu.

"Dadah Kak Syasa," teriak gadis kecil tersebut yang perlahan menjauh. Asya membalasnya dengan senyuman tulus.

Pandangannya beralih pada Saka. Lelaki yang sudah dua hari ini tak pernah ia lihat. Dengan langkah ragu-ragu, Asya mendekat ke arah Saka kemudian duduk tepat di sebelahnya yang tengah tertidur.

TARASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang