[32] Kehadirannya

5.7K 418 653
                                    

Vote jangan lupa!

Tatapan sinis Cindy

Or tatapan sinis Asya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Or tatapan sinis Asya

Yang lebih sinis siapa?😥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang lebih sinis siapa?😥

☘️☘️☘️

Asya menjatuhkan bokongnya hingga mendarat sempurna tepat di sebelah Papinya yang tengah sibuk menatap lurus ke depan, lebih tepatnya sedang menonton acara di televisi.

"Papi, Bang Kis demamnya belum turun," adunya.

Devan menoleh dan menatap putrinya dengan alis yang bertaut. "Bukannya kemarin udah mendingan, ya?"

"Nggak, Pi! Kemarin malam Asya liat Bang Kis habis berenang, waktu udah berenang, demamnya naik lagi. Sekarang Mami lagi di kamar Bang Kis." Asya merubah posisi duduknya dengan menyilangkan kakinya. "Bang Kis langsung gelegapan waktu Asya liat berenang loh, Pi."

"Kris kaget?"

"Iya," jawabnya antusias. "Mukanya kayak udah maling mau di penjara, Pi," ucap yang lantas cekikan sendiri.

Devan menggeleng tak habis fikir, sudah tau sakit, masih saja berenang.

"Nan—"

"Pi, ada tamu," sahut Asya cepat saat mendengar bel rumahnya berbunyi.

Asisten rumah yang sudah di sewa oleh Devan dengan cepat berlari menuju arah pintu dan membukanya, menatap seseorang yang berdiri di ambang pintu dengan satu koper di tangannya.

Sedangkan Asya, gadis itu sedikit mengintip untuk melihat siapa tamu di malam hari.

"Cari siapa, ya?" tanya Bi Nina ramah pada seorang perempuan di hadapannya.

"Yang punya rumah, ada?"

"Ada keperluan apa kalau boleh tau? Sudah ada janji?" tanya Bi Nina. Bukannya kepo, memang ini salah satu tugasnya, tak boleh mengizinkan orang asing masuk ke dalam rumah.

TARASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang