Setelah pulang sekolah dan istirahat cukup lama, Asya bersama sang Mami kembali berangkat ke salah satu rumah sakit yang merupakan rumah sakit kepercayaan dari keluarga mereka. Karena jadwal Asya untuk terapi hari ini, mereka berangkat di sore hari.
Seorang dokter wanita kini tersenyum bangga setelah Asya melewati beberapa terapi. "Alhamdulillah, kemajuannya sangat pesat."
Asya yang tadinya menatap kakinya, kini beralih menatap wanita tersebut. "Asya masih harus terapi, meskipun udah bisa gerakin kaki dikit?"
"Kalau kamu mau sembuh sepenuhnya, dan ingin jalan lagi seperti biasa ... harus rajin datang, dan lakukan control. Obat yang dokter kasih juga harus di minum," katanya dengan tatapan hangat.
"Asya bisa jalan lagi?" Asya kemudian menatap Maminya yang sedari tadi menemaninya. "Beneran, Mih?"
"Kalau Asya ada usaha buat sembuh, pasti bisa jalan lagi. Semangat sayang!"
Dengan tatapan semangat, Asya kemudian menatap doker tersebut.
"Dokter, ayo terapi lagi!"
Sejenak, wanita itu tertawa. "Untuk hari ini, sudah cukup. Kamu harus istirahat, jangan terlalu di paksakan. Dan, nanti terapi selanjutnya kita ketemu lagi."
"Gak bisa terapi dua kali ya hari ini?" ujar Asya seraya cemberut. Padahal dirinya ingin cepat sembuh dengan banyak kali terapi.
Misalnya, terapi tiap hari.
****
Sepulang dari rumah sakit, hal pertama yang dirinya temukan ketika tiba di dalam rumah adalah Kris yang tengah duduk di salah satu sofa.
"Bang Kisss!" girang Asya dan langsung memeluk tubuh Kris dengan erat kala ia sudah tiba di hadapannya.
"Ada apa?"
Asya melepas pelukannya, lalu menatap lelaki di hadapannya dengan senyuman sumringah. "Ternyata, Asya bisa sembuh. Bisa jalan lagi," katanya dengan menepuk kakinya.
"Makanya, jangan malas buat datang terapi. Kan gue udah bilang, lo bisa jalan lagi."
Asya lagi dan lagi mengangguk dengan senyuman khasnya. Dengan Maminya yang berjalan masuk guna membuat sarapan, ia dan Kris hanya diam di tempat.
Attensi Asya beralih pada Kris yang terus saja menggerakkan lengannya.
"Bang Kis kenapa?"
"Gak tau." Kris kembali mencoba menggerakkan sebelah bahunya. "Agak lemas dikit."
Mata Asya mengerjap beberapa kali. Tangan mungilnya kemudian meraih sebelah tangan Kris dan segera memijatnya.
"Sakit ya, Bang Kis? Biar Asya pijit, ya? Biar gak sakit lagi," katanya dan mulai serius memijit tangan kiri Kris. Ternyata, gadis itu handal juga.
"Hm, Sya."
"Kenapa, Bang Kis?"
"Saka tadi datang, nitip sesuatu. Gue taruh di kamar lo."
Perkataan Kris berhasil membuat Asya berhenti melakukan aktifitasnya. Tak berselang lama, ia kembali memijat lengan Kris, seolah tak mendengar apa yang kakaknya katakan barusan.
****
Setibanya di kamar, sebuah kotak kecil sudah berada tepat di atas tempat tidurnya.
Karena memang dasarnya ia penasaran, mau tak mau ia akan membuka kotak pemberian dari Saka. Semoga tidak aneh-aneh.
Dengan menjalankan kursi rodanya menuju tempat tidur, ia berhenti, lalu meraih kotak tersebut. Setiap sudut kotak itu Asya perhatikan. Bentuknya sangat unik.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARASYA [END]
Teen FictionSequel of DEVAMEL Singkat saja, ini sebuah kesedihan yang tertunda. Kisah tentang seorang Dhea Tarasya Leander, gadis cantik, imut dan juga pintar. Tapi di balik itu semua, ia memiliki sifat yang childish, egois, dingin dan juga bodo amat dalam seke...