chapter 41

1.2K 147 16
                                    

Author POV

Paginya Akeno bangun disusul dengan atsumu. Mereka saling sapa kemudian Akeno kembali ke kamarnya.

Sesampainya di kamar dia melihat Akemi yang tertidur akibat kelelahan.
Saat ini baru jam 4 pagi dan sekolah di mulai pada jam 7 pagi. Makanya Akeno membiarkan Akemi tetap tidur dan membangunkannya nanti.

Akeno pergi mandi dan setelah itu dia turun menuju dapur. Di tengah tengah perjalanan menuju dapur akeno bertemu dengan Sean.

"Sean, apa mama dan papa sudah pulang??" Tanya Akeno.

"Sudah, mereka baru saja pulang jam 2 pagi tadi." Jawab Sean.

Awalnya Akeno berfikiran untuk membantu mama nya masak, tapi karena mama nya baru pulang jam 2 pagi sepertinya tidak bisa sebab terlalu lelah.

Akhirnya akeno memutuskan untuk memasak masakan untuk keluarganya.

"Sean, apa aku bisa menggunakan dapur??" - Akeno
"Untuk apa??" - Sean.
"Untuk membuat sarapan buat kakak, mama, papa, dan Kemi." - Akeno.
"Mengapa tidak serahkan urusan itu pada pelayan yang ada di dapur??" - Sean.

"Aku ingin memasak untuk mereka, boleh kan??" - Akeno.

"Tentu saja. Apa Perlu bantuan ku??"
- Sean.
"Tidak perlu, lagipula Sean kan sibuk, kalau gitu Keno duluan ya" jawab akeno sambil melambai meninggalkan Sean.

Sedangkan Sean menghubungi koki yang sedang bersiap untuk memasak di dampingi oleh beberapa pelayan untuk segera pergi dari dapur.

Sean tau kalau Akeno masih agak trauma dengan pelayan wanita bernama Cecilia. Dia juga sering tersentak setiap kali akan mendekati atau di dekati kumpulan orang dengan jumlah banyak.

Makanya Sean menyuruh mereka untuk pergi lalu meneruskan kegiatan nya sebagai kepala pelayan.

Sesampainya di dapur Akeno terkagum kagum melihat kulkas serta rak di atas nya yang berisi berbagai bumbu dan bahan masakan.

Di rumahnya bersama ayah palsunya, dapurnya memang cukup luas dan mewah juga isinya lengkap seperti bahan masakan, rempah rempah, bumbu masakan, serta peralatan memasak.

Namun tentu saja masih kalah dengan dapur keluarga Miya yang isinya seperti supermarket yang serba ada.

Akeno mulai memasak beberapa jenis masakan mulai dari yang manis manis hingga yang asin.

Namun di saat tahap finishing yaitu saat Akeno sedang memotong sayuran untuk menghiasi hidangan tiba tiba Akeno tidak sengaja mengiris jarinya.

"Ouch"

kata itu keluar dari mulu Akeno membuat seorang pria berambut abu abu yang kebetulan berjalan di dekat situ yang tak lain dan tak bukan adalah Osamu bergegas menghampiri adiknya yang jarinya teriris.

"Akeno ada apa??" Tanya Osamu dengan nada cemas.

"O-oh, kak Osamu ternyata. Jari akeno teriris sedikit tadi" jawab akeno sambil menunjukkan jarinya pada Osamu.

Osamu pun langsung mengambil kotak p3k yang ada di dapur kemudian mengeluarkan obat merah, beberapa plaster, juga kapas.

"Ini agak sakit, tapi di tahan dulu ya??" Kata Osamu mengingatkan.
Saat akeno mengangguk saat itu juga Osamu mengoleskan obat merah dengan kapas. Setelah itu memasangkan plaster pada lukanya.

Setelah itu Osamu mengecup jarinya kemudian berkata.

"Bentar lagi bakal sembuh, apalagi tadi dah kakak kecup" sambil tersenyum

"Makasih kak" jawab akeno juga sambil tersenyum.

"Oh iya, kamu ngapain di dapur??" tanya Osamu.
"Aku tadi sebenarnya sedang memasak untuk kakak dan yang lain, tapi pas Keno mau mengiris sayuran sebagai hiasan jari Keno malah ikut ke iris." Jelas akeno.

The Sunshine's WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang