Hello guyss.
Happy reading yahh❤
Jangan jadi siders ya sayang sayangnya author :v.Part khusus Arga Agatha.
***
Arga sampai dirumah lalu memarkirkan motor Raven digarasi rumahnya, untuk mengembalikan ia berniat nanti malam saja sekalian ke basecamp.
Saat melangkahkan kakinya menuju pintu rumah ia sedikit heran, tumben pintu rumah kebuka, siapa yang bertamu siang siang begini.
Nafas Arga tercekat kala mengetahui siapa yang datang ke rumahnya, bagaimana bisa gadis itu lebih dulu sampai dirumahnya dari pada dia.
Ah dia lupa bahwa dia tadi sempet kerumah Dhea terlebih dahulu untuk meminta maaf padanya tentang kejadian tadi, tapi yang ia dapatkan hanya usiran dari satpam rumah Dhea.
Pantas saja gadis sok angkuh ini sudah ada dirumahnya dan ngobrol dengan bundanya diruang tengah.
"Agatha," panggilnya lirih, sang empu langsung menoleh mendapati Arga yang baru saja masuk kedalam rumah.
"Eh itu Arganya sampai, tante tinggal kebelakang ya Agatha," pamit Bunda Arga.
"Iya tante, nanti biar saya yang ngobati luka Arga," balas Agatha sopan.
Arga kaget, apakah Agatha telah mengatakan pada Bundanya? Atau bercerita kejadian tadi? Pikirannya kalut memikirkan segala apa dan atau.
"Gue obatin," ucap Agatha lalu menepuk sofa sampingnya mengisyaratkan Arga agar duduk.
"Dikamar aja, gue tunggu diatas," balas Arga lalu berjalan menuju kamarnya.
Agatha menghela nafasnya, niatnya memang ingin mengobati Arga namun juga ingin mengorek informasi apa saja tentang persahabatan antara Arga, Dhea dan Rhuici.
Namun ketika ia tanya dengan Bunda Arga tadi tak membuahkan hasil apa apa, malah sang Bunda menyuruh Agatha menanyakan langsung pada Arga atau Rhuici.
Tak ingin berlalu lama bergulat dengan pikirannya, ia pun melangkahkan kakinya menuju kamar Arga tak lupa membawa baskom dan juga p3k nya tadi.
Pintu kamar Arga dibiarkan terbuka, jadi Agatha langsung asal masuk, ia menggeleng melihat Arga yang terlentang di atas kasurnya tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
"Bangun! Gue obatin," ucap Agatha dengan nada yang beda, terkesan tenang namun menghanyutkan.
Arga tersentak kaget namun ia kembali menetralkan raut wajahnya lalu bangun dan duduk ditepi ranjangnya.
Agatha memulai mengobati luka Arga dari mengompres wajahnya yang kena tonjok lalu membiru, membersihkan noda darah disudut bibir Arga dengan telaten.
"Shhh," desis Arga menahan perih.
"Napa sakit? Makanya gausah berantem," perkataan Agatha tenang seakan menusuk Arga.
"Bilang apa sama Bunda?" tanya Arga mengalihkan.
"Lo berantem," jawab Agatha setenang mungkin, padahal ia menahan diri agar tidak ikut menonjok Arga.
Dia tahu jika Arga tadi pergi kerumah Dhea dahulu padahal dirinya babak belur begini, namun Dhea lebih penting menurut Arga daripada luka dimukanya.
Agatha cemburu namun ia gengsi makanya ia hanya berusaha tenang dan setegar mungkin agar Arga tak curiga.
"Dari mana tadi?" tanya Agatha, walau sudah tahu jawabanya tapi ia ingin mendengar kata dari mulut Arga sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHA STORY'S
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] CERITA INI BELUM DIREVISI! Pernahkah kamu merasakan perasaan tertekan dalam hidupmu? Dimana kamu harus mengikhlaskan kepergian seseorang yang berarti dikehidupanmu? Arga Winata, siapa yang tidak kenal dengan sosok Arga...