BAGIAN 65

1K 45 0
                                    

OHH, HALLOW!! 👋

TERDAPAT BAHASA KASAR‼️

SELAMA KALIAN BACA CERITA INI TOLONG AMBIL YANG BAIKNYA AJA YA, YANG BURUKNYA CUKUP JADIKAN HIKMAH, JANGAN SAMPAI DITIRU‼️😠

ADA YANG MASIH NUNGGUIN CERITA INI ENDING?😀☺

SEBELUM LANJUT, AYO VOTE PART INI DULU ⭐⭐⭐

HAPPY READING!!! 💖

 
🛵

   

"Bau-bau bucin." Dewa mengambil segelas air yang langsung ia teguk dengan beberapa kali tegukkan.

"Special buat Aven, bang Dewa jangan cemburu ya," ujar Qyara yang sedang fokus menata nasi goreng buatannya.

"Idih. Dah ah gua OTW, jangan macem-macem di rumah!" Dewa beranjak karena mendapat kelas pagi hari ini. Menginggat jalan menuju kampus yang selalu macet, membuat laki-laki itu harus berangkat satu jam lebih awal sebelum kelas dimulai.

Setelah selesai menyiapkan nasi gorengnya, Qyara berlari kedalam kamar untuk mengambil tasnya. Lalu mendudukan bokongnya didepan teras.

Qyara menghubungi seseorang, raut wajahnya terlihat bingung sekarang. Sebelum telpon tersambung gadis itu sudah terlebih dulu mengembangkan senyumnya ketika orang yang ditunggu sudah menampakan diri didepan rumah.

"Kok lama?" Qyara berjalan menghampiri dengan totebag kecil yang ia bawa. "Aku kira kenapa."

"Isi bensin dulu, maaf." Raven meraih pucuk kepala Qyara yang terlihat excited.

Dan mereka menghabiskan setidaknya tiga puluh menit untuk sampai pada tujuan. Motor berhenti didepan toko pernak pernik. Tanpa melepaskan gengaman tangan, keduanya memasuki toko tersebut membuat Qyara berbinar ketika ia menyapu pandangannya disana.

"Bagus-bagus semua, aku bakal bingung pilih kado apa."

Raven tersenyum, melihat kekasihnya senang adalah candu baginya.

"Mana barang yang menurut kamu lucu?" tanya Qyara.

Sambil mengarahkan pandangannya pada bando yang terpajang disalah satu rak display, Raven mengedikan dagu agar Qyara mengikuti arah pandangnya.

"Bando?" Qyara mengambil bando berwarna coklat dengan kuping singa dikedua sisinya.

"Lucu buat kamu."

Qyara menghentakan kakinya, ia sedang mencari kado, bukan mencari barang untuk dirinya sendiri.

"Ambil buat kamu, cari yang lain untuk kado."

Setelah selesai mencari barang, kini kedua pesangan kekasih itu berada pada taman kampus dimana Raven berkuliah.

Qyara yang memaksa untuk ikut dengan alibi ingin melihat dunia perkuliahan, mumpung kekasihnya hanya mendapat satu kelas hari ini. Jadi ia tidak akan menunggu terlalu lama, hanya setengah jam.

"Satu sampai sepuluh?" Qyara membuka mulutnya untuk mendapat suapan dari Raven.

"Terlalu enak untuk dinilai," ujar Raven seraya mengunyah dengan dramatis.

"Idih perez."

Tidak ada yang dilakukan Qyara selain mengembangkan senyumnya. Menginggat dulu ia pernah membuatkan nasi goreng tanpa garam dan penyedap, lalu Raven berkata bahwa tidak ada rasanya. Dari situ ia yakin Raven bukan tipe laki-laki yang suka berbohong untuk membuat kekasihnya senang.

ARTHA STORY'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang