OHH, HALLOW!! 👋
KALIAN BACA INI JAM BERAPA?
ADA YANG MASIH NUNGGUIN CERITA INI ENDING?😀☺
SEBELUM LANJUT, AYO VOTE PART INI DULU ⭐⭐⭐
HAPPY READING!!! 💖
🛵
"Badan gue remuk rasanya," ujar Derta seraya melakukan peregangan pada tubuhnya.
"Harusnya kita OTW dari siang sih, biar nyampe sini gak malem banget," ucap Andreas.
Abizar mengangguk setuju, "Tepar gue."
"Tercium kaum rebahan, gitu aja ngeluh," pungkas Derandra.
"Ven, Ven, jasa keretek dong," pinta Abizar yang langsung dihadiahi tatapan tajam, karena menganggu Raven yang sedang mengerjakan tugasnya.
Abizar bergidik, "Nih Villa kayaknya angker dah, horor banget kayak muka si Raven."
"Muka lo lebih angker, bang," sahut Revo membuat seisi ruangan tertawa dibuatnya.
"Eh cantik, udah bangun," sapa Derta ketika Rhuici memasuki ruang berkumpul.
"Berisik banget, gimana gue gak bangun," ujar gadis dengan setelan kaus itu.
"Selamat pagi sayang," sapa Derandra membuat gadis itu bergidik.
"Ngeri gue," sahut Abizar yang tidak pernah melihat Derandra seperti itu sebelumnya.
"Kerasukan, Ndra?" tanya Rhuici melihatnya aneh.
"Emang paling bener gua diem aja."
"Ngapain, Ven?" tanya Rhuici.
Raven melirik sekilas, sudah tau reaksi apa yang akan teman-temnnya keluarkan, "Nugas."
Rhuici memutar bola matanya malas, "Nugas terus lo." Raven mematikan layar laptop kemudian menutupnya.
"Jalan pagi?" tanyanya membuat Rhuici berbinar.
"Yo watsap guys, gue lagi ada di daerah puncak. Wegelaseh, ini dingin banget," ucap Derta yang sudah mengarahkan kameran handphonenya kesegala arah. "Pemandangannya, beh... cakep bro."
"Kurang teh anget sama indomie ini sih," ujar Dewa yang sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya.
"Bener sih," sahut Abizar membayangkan duduk ditengah pemandangan kebun teh ditemani dengan secangkir teh hangat beserta indomie.
Radeen memicingkan matanya ketika Derta menyoroti kamera kearahnya. "Say hay, Sa. Gak asik si Radeen, mending Aksa dah," ungkapnya, membuat Radeen semakin menatapnya tajam.
(Aku ingetin lagi, ini dibacanya Radin ya guys, bukan Raden😭)
"Pansos, Derta mah," ujar Rhuici yang sedang fokus melihat daun-daun teh disana.
Revo mengangguk setuju, "Kalo gak ada Aksa sama Radeen, gak FYP ya, Der."
Derta mengangguk, "Lumayan kan buat bayar kost," ujarnya tidak menyangkal sama sekali.
Andreas menepuk bahu Derta, seolah memberi kekuatan. "Udahlah gas tidur sama gue."
Derta mematikan rekaman handphonenya lalu memasukkannya kedalam kantung jaket yang ia kenakan, "Gak dah, gak bisa gue ngerepotin orang."
Sebenarnya sedari lama teman-temnnya sudah mengajaknya untuk tinggal bersama, tetapi laki-laki itu selalu menolak karena merasa tidak enak. Dan tidur di markas Black Carlos adalah hal yang sangat biasa ia lakukan jika sedang kesepian.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHA STORY'S
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] CERITA INI BELUM DIREVISI! Pernahkah kamu merasakan perasaan tertekan dalam hidupmu? Dimana kamu harus mengikhlaskan kepergian seseorang yang berarti dikehidupanmu? Arga Winata, siapa yang tidak kenal dengan sosok Arga...