---30. Maya (2)---

2.2K 194 66
                                    

Sore ini begitu indah. Cuaca sangat bersahabat, tidak panas, tidak pula hujan. Ina telah menyelesaikan tugas kuliah dan makan siang. Tidak ada yang ia kerjakan selain baring-baring di kasur, menikmati film dari saluran televisi berbayar. Lumayan buat membuang onak di kepala. Setelah itu ia bosan. Lagi-lagi ponsel menawarkan pelampiasan yang menyenangkan. Waktu terlewati dengan cepat bila tangannya sibuk dengan gawai berteknologi tinggi itu.

Mula-mula, Ina hanya membuka akun medsos dan toko online. Entah bagaimana, tahu-tahu dirinya telah menonton video mantap-mantap. Akhir-akhir ini ia kerap mendapat kiriman link-link situs setan dari Anin. Guru percabulan itu rupanya tidak berhenti mencari ilmu dan Ina semakin terjerat saja.

Ina menemukan tautan baru. Sebelum membukanya, ia bergegas mengunci pintu di dekat tangga untuk berjaga-jaga. Di jam-jam seperti ini, Mak Nah biasanya tidur siang atau sibuk menyeterika. Tapi tidak ada salahnya berhati-hati. Setelah mengunci pintu, Ina kembali ke kasur. Mumpung tidak ada suami, ia mau mencoba all out.

Tangan Ina membuka babydoll dengan perlahan. Baru melakukan gerakan sederhana itu saja, darahnya mulai memanas. Ah, tubuh mungilnya ini sangat aneh. Cukup memejamkan mata dan menyentuh ringan, api itu terpicu. Ujung bibir Ina terangkat saat ia mulai meloloskan celana pendek. Sambil duduk di kasur, ia menggeliat saat merasakan sensasi gesekan pakaian dalam yang terlepas dari kulit.

Oh, tubuh yang ajaib! Tubuh yang nikmat!

Aku rindu, rindu diriku sendiri.

"Aaaaahh ....!" Sebuah pekik tertahan mengiringi sosok mungil itu ambruk ke kasur. Fantasi liar segera memenuhi ruang jiwanya. Tak lama kemudian, Ina berguling-guling di antara lembutnya bantal-bantal dan selimut. Seluruh kulitnya menjadi peka, seperti memiliki kesadaran sendirisehingga setiap gerakan sekecil apa pun memecut gelenyar yang menyebar ke seluruh nadi. Segenap indranya bersatu padu membentuk sensasi. Pekikan-pekinan tertahan itu berubah menjadi semacam pemantik untuk membakar api gairah.

Benar kata Anin, badan yang ajaib ini miliknya. Mengapa tidak boleh dipakai? Mengapa harus menunggu Irham? Selama lelaki itu tidak tahu, semuanya akan baik-baik saja.

Ina menggerakkan tangan ke harta terpendam di lembah yoni. Ia sudah paham bagaimana membuat gerakan yang paling tepat agar area ajaib itu tergugah dan memberikan gelenyar-gelenyar yang melecut saraf-sarafnya.

Oh, organ ajaibkuuuuh!

Kaki Ina mulai menjejak-jejak kacau. Tangan yang bermain di puncak harta kembar, semakin ganas menyalurkan rasa gereget. Sensasi itu segera melambungkannya menuju awan-awan kenikmatan.

☆☆☆

"In! Ngapain kamu?!"

Tahu-tahu ada suara lelaki di kamar itu. Barangkali akibat tenggelam dalam keasyikan, ia tidak mendengar ada seseorang datang. Ia bagai tersambar petir saat menoleh ke pintu. Irham berdiri tegak di sana dengan mata membelalak lebar. Napas Ina nyaris putus. Ia tidak sempat menarik selimut untuk menutupi tubuh yang terbuka. Tangan kanannya bahkan masih berada di lembah yoni. Diam-diam ia menyesal mengapa hanya mengunci pintu di dekat tangga dan membiarkan pintu kamar tanpa pengaman. Mengapa pula Irham pulang secepat ini? Bukankah rencana semula Sabtu malam baru sampai di Surabaya lagi?

Irham bergegas ke menghampiri ranjang di mana istrinya tergolek tanpa busana. Ia segera menyambar tangan kanan Ina. Jemari mungil itu masih basah oleh cairan yoni. Dengan tangan yang satu, ia menyentuh lembah yoni. Basah mutlak!

"NGAPAIN KAMU? NGAPAIN?!" bentaknya. Sebenarnya, ia tidak perlu jawaban. Sebagai lelaki dewasa berusia 38 tahun, ia tahu apa yang tengah terjadi. Diempasnya tangan Ina dengan keras sambil mendengkus kasar. Setelah itu ia memandangi Ina yang menarik selimut untuk menutupi tubuh. Istri kecilnya itu kini duduk meringkuk sambil memeluk kedua betis.

Mata Irham menangkap benda kecil yang tergeletak di samping Ina. Ponsel itu masih menyala. Ina rupanya menyadari arah perhatian Irham. Ia bergerak cepat untuk mengambil benda itu.

"Berikan!" perintah Irham sambil mengulurkan tangan untuk merampas ponsel Ina.

Ina mendekap barang berharga itu dengan sekuat tenaga. Jangan sampai Irham tahu apa isinya. Namun, Irham seperti punya kekuatan sihir yang membuat niat Ina berguguran.

"BERIKAN!" bentak Irham.

Dengan tangan gemetar dan air mata mulai menggenang, Ina mengulurkan benda itu. Runtuh sudah seluruh dunianya.

"PASSWORDNYA!"

Sambil tersedu, Ina menjawab, "Nol nol ... tujuh tujuh ... satu satu ... dua dua ...."

Jemari Irham segera mengetikkan kode pembuka kunci layar. Sekarang semua isi ponsel Ina berada dalam pandangan. Ia membuka berbagai aplikasi. Salah satunya adalah riwayat pencarian yang mengarah pada sebuah situs. Saat dibuka, ternyata isinya video-video mantap-mantap.

"Kamu nonton beginian? Mulai kapan?" tanyanya dengan kekagetan yang tak terkira.

Irham membuka salah satu media chatting. Dicarinya kontak bernama Dini yang mencurigakan itu. Benar saja, isinya membuat kacau aliran listrik di otak dan jantung. Kata-kata 'zheyenk', 'Say', 'chayank', dan sejenisnya berhamburan di dalamnya. "Siapa Dini ini, ha?"

Ina menggeleng. Walau tidak bisa berkelit, ia harus melindungi Dika yang tidak tahu apa-apa. "Enggak tahu. Kenal di grup-grup gitu aja."

"Kenapa namanya Dini? Kamu mau bohongin aku? Dia pacarmu?"

Ina menggeleng keras. "Nggak tahu, Mas. Dia cewek tapi minta dipanggil 'Mas'."

Irham menelusuri chat Ina dan Dini dan semakin pusing. Memang ia tidak menemukan permintaan untuk melakukan hubungan spesial, tapi ia merasa aneh. Ia beralih ke teman-teman Ina, termasuk Anin. Tak ada yang aneh dalam percakapan mereka. Paling banter hanya bahasa gaul ala-ala kids zaman now. Ia tidak tahu Ina telah menghapus riwayat chat-chat ajaib dengan Dini dan Anin.

"Dia yang ngajarin kamu lihat video bokep?" tanya Irham.

"Enggaaaak! Dini nggak kayak gitu!" Ina tidak berbohong kali ini. Dika memang tidak pernah berbicara tentang seks dengannya.

Irham kembali menelusuri galeri Ina. Ternyata banyak pula video dan gambar-gambar erotis di sana.

"Astaga, Iiiin!" seru Irham dengan frustrasi. Ia telah menikahi makhluk apa? Sungguh tak disangka, adik kecil yang lugu itu ternyata secabul ini!

"Ternyata otakmu ngeres seperti ini, In! Kamu nggak puas sama aku?"

Ina tidak sanggup menjawab. Ia bahkan tidak punya nyali untuk memandang wajah suaminya. Namun dari sudut mata ia tahu Irham tengah berkacak pinggang dengan dada naik turun dengan cepat. Nyalinya semakin menciut saja.

Melihat istrinya cuma sesenggukan, darah Irham semakin memanas. "Jawab! Kamu nggak puas sama aku?!"

"M-maaf ...." Ina bersuara lirih, nyaris tak terdengar. Kerongkongannya mendadak kering. Ia sendiri tidak paham apa yang dinamakan 'puas dengan Irham', bagaimana mau menjawab? Sejenak hanya isakan tertahan Ina yang mengisi kamar itu.

"JAWAAAB!" bentak Irham dengan sekuat paru-parunya.

Ina sampai terjingkat karena kaget. Saat memberanikan diri mencuri pandang, terlihat wajah Irham merah padam. Matanya menyorot tajam bagai golok yang menancap di jantungnya. Seketika Ina menggigil. Seumur hidup, belum pernah ia melihat Irham semarah ini.

☆---Bersambung---☆

Kalau udah gini, Irham harus gimana, ya?

Mau hemat baca Love You Still sampai tamat nggak pake nungguin apdetan sampai belasan purnama?

Ada 2 cara buat Sobat yang punya akun Karya Karsa:

1. Paket 30 hari: Cukup dengan Rp25.900,- Sobat dapat membaca LYS sampai tamat. Caranya: Pastikan Sobat semua menggunakan voucher senilai Rp. 20.000,- untuk pembelian "PAKET LOVE YOU STILL 30 HARI". KODE VOUCHER: love112023

2. Mau menyimpan Ina-Irham buat dibaca selamanya? Gunakan "PAKET LOVE YOU STILL SELAMANYA". Sementara nggak ada voucher untuk paket ini, ya, karena udah murah banget.

Pastikan beli koinnya lewat website Karya Karsa, ya, biar dapat harga paling murah.

Love You StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang