---37. Aku Mau Ini! (2)---

2.7K 153 56
                                    

Perlahan, tangan Dika menyusup ke balik punggung Ina dan melepaskan kait-kait pakaian dalam. Harta yang putih, mungil, namun penuh dan padat menjulang dengan indah. Dika membenamkan wajah di lekuknya, kemudian perlahan menjelajah lereng dan akhirnya menemukan puncak. "Aku baru tahu kamu seindah ini, In," bisiknya.

Ina meremas bahu Dika sambil terpejam. Tubuhnya seperti dikuasai dan dimainkan sedemikian rupa hingga bergerak sendiri mengikuti irama Dika. Apalagi saat puncak dadanya dielus oleh lidah dan bibir cowok itu. Oh, Ina geregetan!

Iyaaa! Aku rindu iniiiiii!

"Gimana, In?" tanya Dika saat melihat Ina mengernyit dan geliatnya semakin kuat.

"Mas Dikaaaa, kamu apain akuuuu? Kenapa rasanya giniiiii?"

Dika menjawab dengan ciuman hangat di perut Ina. Sejurus kemudian, ia membuka kausnya sehingga dada berotot kekar hasil latihan rutin di gym terbuka di hadapan wanita itu. Ditariknya tangan Ina, lalu dilekatkan di dada. "Gantian kamu."

Mata Ina melebar. "Boleh?"

Senyum merekah di bibir Dika. "Aku punyamu!"

"Ah!" Ina tidak menunggu. Ia kini merambah sosok Dika, lalu naik ke tubuhnya.

Oh, aroma iniiiiiiii! Aku sukaaaa!

"Mas, kamu harum!"

"Pasti! Buat kamu, In," bisik Dika. Ia menikmati sentuhan-sentuhan Ina yang mulai kalap. Ternyata kecil-kecil Ina agresif. Dan itu sangat menggemaskan! Menit-menit berlalu dengan cepat. Tahu-tahu ia mengerang keras. Tangan Ina telah menyusup ke bawah!

"Iiiiin! Kamu nakaaal!" desisnya sembari menggeliat tidak karuan. Sementara Ina menikmati melihat dirinya kacau balau seperti ini.

Gereget itu akhirnya nyaris mencapai puncak. Dika membalikkan tubuh hingga Ina berada di bawah. Pakaian penutup tubuh mungil yang tersisa ia lucuti. Begitu pula miliknya. Ia siap meluncurkan serangan terakhir. Tangannya merambah lembah yoni. Sentuhan berirama itu seketika membuat Ina tidak tahu tengah berada di mana. Seluruh otaknya membeku. Saat lingga menggantikan jari untuk mencumbu yoni, hanya ada kenikmatan membara. Mereka merapat, membelit, merambah, dan mencengkeram. Rasa panas yang nikmat menjalar dari bawah ke seluruh tubuh, membakar keduanya. Jiwa Ina ingin menjerit sekuat-kuatnya. Baru kali ini ia merasakannya.

"Mas Dikaaaa! Jangan berhenti! Aku mau iniiiiiiii!"

Dika mengabulkannya. Ia bergerak semakin cepat hingga Ina menggelepar tidak karuan. Ia ikut mengerang, seluruh ototnya mengejang. Peluh membasahi tubuh saat benih-benih disemburkan. Tak lama kemudian, ia ambruk di samping Ina dengan napas terengah. Ia mengambil napas sejenak, lalu menjangkau Ina lagi. Tangannya menjelajah lembah yoni.

Ina terheran. "Maaas?"

"Ssssh! Diam aja, masih bisa lagi."

Ina memejamkan mata, merasakan dan menerima jemari Dika dengan segenap indra. Beberapa saat kemudian, ia menggelepar kembali. Segalanya menjadi maya, seolah ia berada di alam mimpi. Ia menemukannya, ujung pencarian yang selama ini meninggalkan rasa penasaran yang menyiksa. Ia mengecap apa yang tersembunyi di balik tabir misteri yang menghantui hari-hari dan membuat resah. Jiwanya menemukan pemenuhan yang menghapus kehausan berumur puluhan malam.

Ponsel di dalam tas yang tertinggal di ruang tengah meraung sendirian. Tak ada yang melihat nama Irham terpampang di layar atau mendengar panggilan itu. Pemiliknya tengah melayang di alam lain.

"Aduuuuuh, Maaaas!" bisik Ina. Tangannya kacau memukul-mukul kasur, lalu mencengkeram bantal.

"Lagi?" tanya Dika.

"Iya, gitu. Aku mau begituuuu!"

Entah berapa lama Dika melakukannya. Ina sampai mandi keringat. Seluruh otot panggulnya mengejang berirama. Berulang-ulang, lagi dan lagi. Ia baru menyerah saat napasnya nyaris habis.

"Udah, Mas. Udah!"

Dika mencabut tangannya dari yoni, lalu merengkuh Ina ke dalam pelukan. "Aku sayang kamu, In."

Ina terdiam. Ia masih hanyut dalam sisa kenikmatan. Aroma dan kehangatan tubuh Dika masih membius. Namun, nikmat raga pasti akan berakhir. Bersamaan dengan napas yang mulai teratur, darah mengalir kembali ke otak. Organ lunak di dalam tempurung kepala itu mulai bekerja sehingga ia bisa menganalisis situasi. Pikiran sehatnya pulih perlahan. Sekarang, ada yang mengganggu dan mengganjal pikiran.

"Makasih ya, In. Ini hari paling indah buat aku," bisik Dika lagi. Ia agak heran saat menyadari Ina tidak membalas pelukannya. "Kamu nggak pa-pa? Nggak sakit kan tadi?"

Ina menggeleng. Ia menjauh dari Dika, bergerak ke pinggir ranjang, lalu duduk termangu. "A-aku nggak tahu, Mas. Kita barusan melakukan dosa apa?"

Dika mendekat. Ia belum rela berpisah dari tubuh mungil yang menggemaskan itu. Ia ingin memeluknya kembali, namun Ina lebih cepat menghindar.

"In, hari gini mikirin dosa? Udah nggak zamannya seks dikait-kaitkan dengan neraka. Itu kan cuma kebutuhan manusiawi biasa," sanggah Dika.

Ina tidak menjawab. Ia memunguti baju dan berjalan ke kamar mandi. Yang terbayang di otaknya saat ini hanya satu, Irham!

☆---Bersambung---☆

Ngeselin semua ya karakter di cerita ini.

Maafkan, habis ini aku bikin cerita yang sweet-sweet aja, deh. Aku juga capek nulis modelan eror-eror gini. Hiks ....

Buat yang nggak sabar, kepingin banget tahu Ina kena azab apa, langsung aja meluncur ke KBM atau Karya Karsa.

Ada 2 cara Buat Sobat yang punya akun Karya Karsa:

1. Paket 30 hari: Cukup dengan Rp25.900,- Sobat dapat membaca LYS sampai tamat. Caranya: Pastikan Sobat semua menggunakan voucher senilai Rp. 20.000,- untuk pembelian "PAKET LOVE YOU STILL 30 HARI". KODE VOUCHER: love112023

2. Mau menyimpan Ina-Irham buat dibaca selamanya? Gunakan "PAKET LOVE YOU STILL SELAMANYA". Sementara nggak ada voucher untuk paket ini, ya, karena udah murah banget.

Pastikan beli koinnya lewat website Karya Karsa, ya, biar dapat harga paling murah.


Love You StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang