Milly memperhatikan Sarah yang masih duduk diujung kasur. Ini hari mereka check out, ada beberapa tempat wisata yang akan mereka kunjungi sebelum pulang. Sarah sejak kemarin malah terlihat gelisah, dia yang memiliki kepribadian ceria terlihat tidak seperti biasanya.
"Wajar, ini yang pertama kali buat dia." Lia memberi pengertian. Dia sibuk membereskan barangnya dan mengecek tidak ada apapun miliknya ataupun temannya yang tertinggal.
"Gue pas pertama kali engga sesedih itu." Milly menjawab, mengingat kembali masalalunya.
"Itu karena lo gapunya malu nyet. Dah ah cepet, kita Breakfast dulu." Lia sudah siap menenteng tasnya.
Milly mengangguk. Dia juga sudah siap dengan tasnya.
"Sar. Ayo." Milly mengajak.
Sarah akhirnya beranjak. Tapi dia tidak ikut dengan teman temannya menuju pintu keluar. Dia malah mengambil snacks didalam tasnya. Dan yang membuat kedua temannya kaget adalah, Sarah menumpahkan snacks snacks itu keseluruh ruangan. Dia mengotori kamar itu, memberantakan semua yang ada didalamnya.
"Gue pengen housekeeping nya kerja extra." Ucapan Sarah menyulut semangat kedua temannya.
Milly dan Lia tersenyum, cara memulihkan diri Sarah, cukup unik. Mereka bertiga kini bersama sama mengotori kamar hotel mereka. Setelah snacks, mereka menumpahkan air yang tersisa diteko. Seprai, bantal, semuanya sudah berserakan dimana mana. Sebagai anak perhotelan yang baik, mereka telah memberi pekerjaan untuk pekerja hotel disini.
"Wahh seneng banget gue." Sarah kini memiliki perasaan lebih baik setelah mengacaukan kamar hotelnya.
"Jangan murung murung lagi yah. Lo kek korban pemerkosaan, padahal ngelakuinnya sama cowok lo sendiri." Sambil berjalan menuju restaurant Lia kembali membahas penyebab Sarah berdiam diri semenjak semalam.
"Namanya juga takut." Sarah menjawab cepat.
Selama semalaman Sarah menyadari, kesalahan yang ia lakukan, akan selalu membawa ketakutan. Sebenarnya sampai saat ini Sarah belum sepenuhnya tenang, tapi semua yang sudah terjadi, tidak bisa diapa apakan lagi.
"Si Lia aja yang ngelakuinnya sama banyak cowo ngalem ngalem aja tuh."
"Jangan bawa bawa kasus gue ya anjing." Lia mendorong Milly dengan pelan. Itu bukan ingatan yang bagus untuk diceritakan.
"Gimana kalau kita nikah bukan sama pacar kita? Gimana perasaan suami kita nanti pas tau kita udah ga perawan? Ih anjiirrr, Kevan bangsat!" Sarah kali ini gusar. Entah kenapa dia sangat marah kepada pacarnya. Dia bilang tidak akan melakukan apa apa. Hanya menemani. Tapi... Lihatlah, sekarang Sarah tidak suci lagi. Dia jadi setara dengan kedua temannya yang sudah lebih dulu melepaskan keperawanan mereka.
"Halah, suami kita nanti juga belum tentu masih pejaka." Lia menepis pikiran buruk milik Sarah. Dia dikelilingi lelaki berengsek, tidak ada kekhawatiran yang sama seperti Sarah yang dia rasakan.
Sarah menghela nafas. Dia sudah masuk kedalam pergaulan yang salah. Dan ia akui semuanya. Tapi sampai saat ini, Sarah tidak menemukan jalan keluar untuk meninggalkan dunia buruknya.
💄💄💄
Anka diam dipinggir pantai sendirian. Kedua temannya pasti sedang berbuat kejahatan, makanya Anka ditinggal. Anka selalu tau kegiatan teman temannya, selagi tidak dihadapan Anka, itu bukan urusannya.
Jika saja orang yang hadir tidak sebanyak sekarang, pantai ini pasti terlihat sangat indah. Mereka semua sangat mengganggu pemandangan.
Dibalik kaca mata hitamnya, Anka memilih memejamkan mata. Tidak ada hal indah yang bisa diperhatikan dengan banyak orang disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Of Criminals
Teen FictionIni tentang Anka. Dia adalah penghukum yang paling setara atas segala kejahatan warga sekolah lain yang merugikannya. Istilah 'Mata diganti mata...', itu berlaku dihidupnya.