29. Damn Girl You Got Me 2

251 33 3
                                    

Anka telah menyelesaikan urusannya dengan pimpinan yayasan. Kara pikir, Anka hanya akan menjadwalkan kegiatan anak bos nya yang akan melakukan kerja sosial pada akhir taun ini disini, tapi ternyata Anka juga mengajukan diri untuk menjadi donatur.

Sekarang Kara sudah berada dirumah Anka. Laki laki itu memiliki hal penting yang harus disampaikan yang berkaitan dengan pertanyaan Kara tentang kasus Lia sebelumnya.

"Gue ga nuduh lo jadi pelakunya yah Ka..." Kara takut Anka salah paham dengan pertanyaannya. Laki laki itu hanya diam, meluncur diatas hoverboard memimpin Kara kesebuah ruangan.

Anka tiba tiba memutar hoverboardnya, langsung berhadapan dengan Kara yang sejak tadi mengukutinya dari belakang. Kara yang hilang keseimbangan karena harus berhenti mendadak, segera mencari pegangan agar tidak terjatuh.  Tangan Anka berhasil menggapai lehernya, dan menahan Kara agar kembali seimbang diatas hoverboardnya. Ini seharusnya menjadi adegan romantis di dalam film, namun karena pemerannya adalah Anka, adegan ini menjadi sedikit menyeramkan. Karena Anka lebih terlihat seperti ingin mencekik Kara.

"Yaah Anka!!!" Kara segera berteriak ketika dia berhasil menyeimbangkan badannya kembali. Dia membebaskan diri dari tangan Anka.

"Pegang tuh tengkuknya! Lo malah pegang leher bagian depan, sakit anjing."

Mendengar omelan Kara, Anka refleks mengusap usap leher Kara. Tanda menyesal.

Kara membeku. Anka lancang sekali mengusap usap lehernya. Tapi Kara tidak bisa menghentikannya entah kenapa. Usapan tangan Anka semakin halus, ibu jarinya kini malah mengusap usap dagu Kara, semakin naik hingga menyentuh bibirnya.

Anka menelan salivanya. Dia langsung mengalihkan matanya dari Kara. Menghembuskan nafas berat untuk melancarkan kembali detak jantungnya. Tangannya sudah tidak lagi menyentuh bibir Kara, Anka memilih kembali meluncur diatas hoverboardnya, meninggalkan Kara yang kini tersenyum dibalik punggungnya.

'Lo bisa salting juga ternyata.'

Kara juga kembali mengikuti Anka.

Anka membuka ruangan yang beberapa hari lalu dimasuki oleh orang asing. Sekarang, Dia membawa Kara masuk kedalamnya dengan suka rela. Ruangan ini adalah bagian terdalam dari seorang Angkasa. Hanya kepada orang tertentulah dia ingin menunjukkannya.

Kara masuk kedalam ruangan yang dipenuhi dengan sisi gelap Anka, banyak rencana kejahatan didalamnya. Namun Kara tidak kaget, Anka memang seharusnya memiliki ruangan seperti ini dirumah besarnya.

Kara menghampiri sebuah papan yang hanya diisi tentang dirinya. Tidak ada rencana untuk membunuh Kara dalam catatan catatan itu. Hanya sebuah rasa penasaran Anka terhadap dirinya. Anka mendeskripsikan Kara dengan begitu baik. Dia bahkan lebih tau Kara daripada Kara sendiri. Ada sebuah pertanyaan tentang Kara juga disana. Mungkin Anka masih mencari jawabannya sampai sekarang.

"Kara lo sama seperti gue. Lo mungkin berfikir lebih hebat, karena berhasil membangun imeg baik didepan semuanya. Orang liat lo tukang tidur, tapi sebenernya lo ga pernah bener bener tertidur kan? Lo gak suka kebisingan. Lo membunuh mereka yang berisik dalam pikiran lo. Lo lakuin itu berulang ulang dengan bayangan bahwa lo menghabisi mereka dengan segala cara yang paling menyakitkan. Lo bisa melakukan itu secara nyata, rencana pembunuhan yang sempurna. Tapi lo milih tetep berdiri sebagai orang benar. Terlihat tenang tapi lo mati matian melawan sisi diri lo yang gelap. Lo selalu nahan diri, tapi seperti gunung berapi yang terus menumpuk gas didalamnya, lo bisa meledak kapan aja. Dan sesuatu yang ditahan, akan menimbulkan masalah yang sangat besar. Gue ngidap CIPA, lo boleh lukain gue untuk luapin amarah lo sedikit demi sedikit. Gue mau lo tetep baik Kar."

Anka berbicara sangat panjang ketika Kara masih sibuk membaca berbagai informasi di papan rencananya. Dengan Anka yang mengungkapkan kekhawatirannya, itu membuat Kara merasakan sisi hangat dari seorang Angkasa.

The School Of CriminalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang