39. An Unfamiliar Day

250 24 8
                                    

Ini pertama kalinya Arthur bisa berada disisi Anka dalam waktu yang sangat lama. Semalaman memandangi wajah anaknya, membuat Arhur menyadari bahwa banyak hal yang tidak dia tahu tentang Angkasa. Tentang dirinya yang memiliki garis wajah yang begitu sempurna, rambut hitam pekat, bulu mata yang lentik, juga tahi lalat kecil yang ada diujung matanya. Sejak kapan Angkasa memiliki itu semua?

Hujan diluar terdengar semakin deras, Arthur berfikir Anka pasti akan kedinginan, jadi dia sedikit menaikan selimut yang telah lama membaluti tubuh anaknya itu hingga kelehernya. Andai saja menjaga Anka semudah menaikan selimut ini, Arhur bisa pastikan Anka tidak pernah merasa terancam, dia akan terus berada dalam kehangatan.

Arthur selalu merasa bersalah kepada Angkasa. Dia anak yang hebat, tetapi ayahnya malah seseorang yang payah dan penakut seperti dirinya. Ayah yang bahkan tidak berani menatap lama mata anaknya. Jika ingin menjadi orang tua yang baik, Seharusnya Arthur mendidik Angkasa, meyakinkannya bahwa dia tidak berbeda dengan anak lain seusianya. Bukan malah mengirimnya keluar negeri dan membohongi diri jika yang ia lakukan itu untuk kebaikan anaknya. Fakta yang ada hanya Arthur lah yang ingin melindungi diri sendiri.

Arthur terus berusaha meyakinkan dirinya bahwa Anka bisa menjadi baik, dia pasti bisa menekan keinginannya untuk menyakiti orang lain, Anka pasti memiliki caranya sendiri. Tapi entah kenapa, seberapa keras Arthur berusaha, otaknya tetap tidak bisa menaruh percaya kepada keyakinan yang dia buat sendiri itu. Setiap kali Arthur memikirkan Anka, yang muncul dikepalanya hanya pertanyaan tentang apa keburukan yang Anka lakukan hari ini?

Bahkan ketika pertama kali Arthur datang kesini, dia tidak segera menemui anaknya, melainkan memastikan kecurigaannya dengan memeriksa seluruh ruangan dirumah yang Angkasa diami selama ini. Dia takut Angkasa mengurung seseorang, dia takut menemukan barang yang menyimpan semua kejahatan Angkasa selama ini. Yang selalu Arthur takutkan adalah Angkasa tumbuh menjadi ketakutan semua orang. Arthur ingin mempercayai anaknya, tapi tidak ada yang bisa meyakinkannya tentang hal itu.

Dari hasil penggeledahannya dirumah Angkasa, Arthur menemukan banyak rencana kejahatan anaknya didalam satu ruangan. Entahlah itu hanya sebuah rencana atau tidak, Arthur tidak bisa menemukan bukti yang menunjukkan Anka telah melakukan rencana rencananya itu. Tapi ada satu penemuannya yang membuat Arthur menaruh harapan bahwa Angkasa bisa menjadi baik. Itu adalah sebuah papan yang dipenuhi oleh informasi seseorang bernama Kara. Arthur bisa tau bahwa Angkasa sangat penasaran dengan seseorang itu, banyak pertanyaan tentangnya. Pertanyaanya sederhana, apa yang membuat Kara tertawa? Mengapa Kara selalu tertidur? Apa yang Kara suka? Apa Kara baik baik saja? Semacam itulah pertanyaan pertanyaan Angkasa. Dari papan yang dipenuhi tentang Kara itu, Arthur melihat Keperdulian yang Angkasa tunjukkan. Angkasa bisa menunjukkan perasaannya, sisi lain dari dirinya yang lebih baik.

Dari jendela, cahaya terang muncul beberapa detik. Disusul suara gemuruh yang cukup kencang. Tubuh Anka sedikit bergerak, apakah dia terganggu dengan suara petir?

Perlahan lahan mata Anka terbuka, bersamaan dengan itu, keberanian Arthur untuk menatap wajah anaknya menghilang. Arthur segera mengalihkan pandangannya, dia menatap keluar jendela yang tidak tertutup gorden, membuatnya bisa melihat seluruh kota yang diguyur hujan deras malam ini.

Hal pertama yang Anka lihat setelah kesadarannya kembali adalah punggung tegap milik Arthur. Itu sesuatu yang selalu Anka lihat. Membuatnya tersenyum miris.

Anka menyingkap selimut yang membalutinya, karena pergerakannya yang tidak bisa dijaga, selang infus yang tersambung ditangannya terlepas begitu saja. Anka melihat sejenak darah yang keluar dari bekas tusukan jarum itu, seperti biasa, itu tidak berarti apa apa untuk Anka. Dia segera menyingkirkan selang infus itu dari ranjangnya.

Anka ingin mencari handphonenya, dia harus menghubungi seseorang. Tapi ketika dia berdiri, tiba tiba dia merasa kakinya tidak mampu menopang tubuhnya. Anka terjatuh, membuat kaget satu satunya orang yang bersamanya diruangan ini.

The School Of CriminalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang