Tok...tok...tok...
Karena besok libur, Kara memilih bergadang dengan menonton sebuah drama korea di laptopnya. Dia melihat jam dinding, waktu saat ini menunjukkan pukul 1 malam. Siapapun yang mengunjunginya malam malam begini pasti membawa hal penting. Kara mengharapkan seseorang itu membawa cemilan untuk dijadikan teman nonton drama. Karena cemilan termasuk hal penting juga dari sudut pandang Kara.
Pintu yang dibukakan Kara disambut oleh penampakan Fahmi dengan tangan kosongnya, alias sepupunya itu tidak membawa apapun, membuat semangat Kara berkurang untuk menyambutnya dengan ramah.
"Ada apaan malem malem? Gak bawa jajanan pulak."
"Pikiran lo jajanan mulu. Badan lo mau kaya kebo hah? Bukannya tidur, malah makan." Fahmi sudah sering melihat Kara makan cemilan diatas jam 9. Saudaranya yang lain tidak ada yang berani melarang, kebanyakan dari mereka malah senang karena Kara akan tidur nyenyak jika perutnya kenyang. Meskipun tubuh Kara tidak menggemuk karena pola makannya itu, tetap saja itu tidak baik untuk kesehatannya. Dan sudah sejak lama Fahmi memperingatinya tentang hal ini, namun Kara dengan sifat keras kepalanya yang tidak banyak diketahui orang itu, tetap denial dan selalu melakukan apapun yang dia inginkan.
"Ya lo bukannya tidur malah ganggu kesenangan orang aja." Wajar jika Kara tidak senang. Kedatangan Fahmi membuat kegiatan nonton drakornya terhenti, apa yang Kara harapkan dari kedatangan seseorang pun tidak terpenuhi, ditambah Fahmi malah mengomentari kebiasaan buruk yang Kara punya. Benar benar membuat jengkel kan?
"Lagi ngapain lo?"
"Serius lo kesini cuma buat nanya ginian? Gajelas banget sumpah." Kara ingin menutup kembali pintu rumahnya, tapi kepala Fahmi terjulur untuk mengintip kedalam rumah.
"Vc an sama kak Anka?" Fahmi mendengar samar samar ada suara laki laki. Namun jauh dari prasangkanya, suara itu bukan milik Anka melainkan dari laptop Kara yang masih memutar episode sebuah drama yang sebelumnya tengah Kara tonton.
"Kagak."
"Kalo vc an gitu lo berdua ngomongin apaan?" Fahmi tidak perduli dengan jawaban yang diberikan sepupunya. Dia tetap mengajukan pertanyaan pertanyaan lain yang bisa jadi menyudutkan.
"Gak ada."
"Kar tiati bawa diri lo. Cewek mah punya perut. Kalo lo hamil, belum tentu kak Anka bakal tanggung jawab. Apa aja yang udah lo lakuin berdua?"
"Gue tendang juga yah lo Mi! Gue bilang gue gak ngapa ngapain sama Anka." Kata kata Kara tidak sepenuhnya benar. Karena dia pernah mencium bibir Anka dan Anka mencium pipinya, meskipun begitu setelah itu memang tidak ada apa apa lagi. Baru kali ini memang, ancaman yang Anka katakan benar benar tanpa tindakan.
"Boong." Karena Fahmi melihat dengan matanya sendiri seberapa dekat Anka dan Kara kala mereka tidak menyadari keberadaan orang lain disekitar mereka. Fahmi tidak bisa melupakannya.
"Balik lo. Gue mau tidur."
"Gak sambil sleepcall sama kak Anka?"
"Pulang!" Kara semakin kesal dengan tuduhan tuduhan Fahmi.
"Kalo dia minta pap aneh aneh, lo jangan mau! Langsung laporin ke gue!" Meskipun Fahmi tidak menjamin dia bisa melawan Anka, tapi setidaknya dia akan tetap bertindak jika saudarannya diperlakukan tidak layak oleh Anka.
Bug!
Fahmi terdorong beberapa langkah tanpa persetujuan otaknya sendiri. Itu terjadi karena Kara benar benar menendangnya, tepat di pantatnya untuk mengusir dia yang padahal akan pergi secara mandiri. Dia hanya ingin mengucapkan beberapa wejangan lagi sebelum benar benar pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Of Criminals
Teen FictionIni tentang Anka. Dia adalah penghukum yang paling setara atas segala kejahatan warga sekolah lain yang merugikannya. Istilah 'Mata diganti mata...', itu berlaku dihidupnya.