10. Untuk Kamu Ketahui

297 32 1
                                    

Sarah akhirnya berhasil membawa Kevan kebagian belakang sekolah. Tempat paling sepi sekaligus menyeramkan disana.

Sebelum Sarah kesini, dia menakuti satu hal. Dia takut Anka dan Kevan bertemu dan saling berhadapan. Karena tempat sepi ini berada di wilayah jurusannya Anka, yaitu TKJ. Entah kenapa, Sarah tidak ingin Anka dan Kevan bertemu, meskipun pikirannya tentang Anka yang bisa mencelakai Kevan belum tentu benar. Tapi Sarah merasa, dia harus melindungi pacarnya dari sahabatnya sendiri.

Tadi Anka hampir saja menghampirinya, Sarah harus berterima kasih kepada seseorang yang tadi membuat keributan didepan kelas Anka, membuat laki laki itu mengurungkan niatnya dan pergi kembali kekelas.

"Kamu mau ngomong apa sih yang? Tribun lapang juga banyak tempat teduh yang kosong." Kevan mengusap usap tangannya yang mulai menarik perhatian banyak nyamuk di tempat lembab seperti ini. Berbeda dengan dirinya, Sarah merasa baik baik saja ditempatnya. Bukan karena nyamuk tidak tertarik, hanya saja ada yang lebih serius bagi Sarah untuk segera disampaikan.

"Aku hamil."

Seketika Kevanpun menyerah untuk menghalau nyamuk nyamuk itu menyedot darahnya. Dia fokus menatap Sarah, berharap menemukan kebohongan dari ekspresi yang pacarnya perlihatkan.

"Ini seriusan yang?" Kevan ragu ragu untuk bertanya.

Diamnya Sarah cukup untuk Kevan mengerti jawabannya. Membuat Kevan gusar dan mulai mengacak acak rambut gondrongnya.

"Kita baru pertama lakuin itu. Kenapa berbuah sih!?"

"Kamu kenapa ceroboh? Udah tau aku ga ngerti apa apa masalah ginian, kamu yang mau, aku kira udah persiapan ini itu! Sekarang gimana!? Aku takut mama papah tau!" Sarah segera meluapkan pertanyan yang mengganjal dihatinya.

Kevan menenggakkan kepalanya, menatap langit yang kini terlihat begitu kosong dimatanya. Dia menyadari kesalahannya. Semua salahnya yang menganggap apa yang ia lakukan tidak akan membawa masalah.

Sarah menggelengkan kepalanya saat Kevan hanya diam saja. Padahal dia sangat butuh jawaban Kevan. Jawaban yang setidaknya bisa membawa ketenangan.

"Vannnn... Gue beneran takuuut..." Sarah memegang tangan Kevan dengan erat. Air matanya mulai keluar membasahi pipi.

Kevan mengalihkan pandangannya, kini dia melihat Sarah dengan serius, memegang bahu pacarnya yang mulai bergetar karena tangisan.

"Dengerin aku. Ini bukan berarti aku gabertanggung jawab atas tindakanku. Sayang, kalau kita mempertahanin kandungan ini, masa depan kita akan bener bener hancur. Kamu dan aku harus keluar sekolah, belum lagi kecaman orang orang yang bakal selalu datang kekita setiap harinya. Bayi ini tentu darah daging aku, akan sangat jahat jika aku gak ngakuin itu. Seharusnya aku menyayangi dia kan? Tapi aku belum pernah liat dia. Aku jauh lebih lama mengenal kamu dan menyayangi kamu. Aku akan milih mempertahankan kamu dibanding bayi ini."

Sesak di dada Sarah semakin terasa. Dia menangis lebih keras, badannya bergetar lebih cepat, menghambur dipelukan Kevan yang kini juga ikut meneteskan air mata bersamanya.

Ini pilihan yang berat untuk dilalui dua remaja seperti mereka. Namun semua masalah ini juga tercipta oleh mereka. Sudah seharusnya mereka menyadari kesalahan dan melakukan hal baik yang masih bisa mereka lakukan.

"Aku bilang seperti itu karena aku sayang kamu Sar. Aku gamau nama kamu jelek dimata orang." Kevan mengecup puncak kepala Sarah dengan lembut. Dia serius dengan ucapannya. Baginya Sarah adalah yang terpenting. Jika untuk melindunginya Kevan harus berbuat kejahatan, maka akan tetap Kevan lakukan.

Sarah tau menggugurkan kandungannya bukanlah pilihan yang baik. Tapi dia sendiri tidak tau apa yang sebenarnya dia inginkan. Mempertahankan kandungannya dan mengungkapkan bahwa dirinya hamil diluar nikahpun Sarah tidak siap. Mungkin memang dia harus mempercayai Kevan lagi, seperti yang selalu dia lakukan selama ini.

The School Of CriminalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang