40. Membuka Duniamu Yang Tertutup Rapat

127 15 6
                                    

Elrio mengahampiri Kara yang sedang duduk diatas ayunan. Perempuan yang diam diam dia sukai itu terlihat murung akhir akhir ini. Elrio baru tahu penyebabnya. Anak anak panti tadi melakukan doa bersama untuk kesembuhan donatur mereka, ternyata murungnya Kara selama ini karena kondisi pacarnya yang sedang kurang baik. Elrio semakin iri kepada Anka. Anka bisa mendapatkan perhatian yang begitu besar dari Kara.

"Lo ga makan siang?" Ini jam istirahat. Biasanya Kara akan makan siang diteras masjid bersama teman temannya. Namun kali ini Kara sendirian di taman yayasan. Dia tidak membawa kotak bekalnya. Hanya duduk diatas ayunan tanpa menggerakkan ayunannya.

"Ga pengen makan. Lo sendiri kenapa disini?" Kara bingung dengan keberadaan Elrio, pasalnya taman ini lumayan jauh dari kebun tempat kelompok Elrio bekerja.

"Gue baru ngirim laporan hasil panen ke kantor. Gasengaja liat lo sendirian tanpa bodyguard utusan pacar lo itu. Makanya gue berani samperin."

Kara melihat Elrio tersenyum kepadanya. Jika moodnya sedang baik, Kara berkenan menjelaskan hubungannya dengan Anka yang sebenarnya kepada Elrio. Tapi saat ini, Kara tidak ingin banyak bicara. Dipikirannya masih tentang Anka dirumah sakit. Apa dia sudah siuman? Sampai saat ini Kara belum bisa menemuinya, begitu juga Anka yang belum memberi kabar kepada teman temannya. Kara sedikit tau tentang kelainan yang Anka miliki, orang yang tidak bisa merasakan sakit memiliki banyak kelemahan. Kara tidak ingin memikirkan hal buruk, tetapi semua itu malah berputar dikepalanya. Membuatnya semakin khawatir kepada Anka yang saat ini sedang tidak dalam pengawasannya.

"Gaada yang bisa lo hubungi buat nanyain keadaannya?"

Meskipun tidak suka melihat perhatian yang Kara berikan untuk laki laki lain, Elrio lebih tidak suka lagi melihat Kara murung seperti saat ini. Apapun yang bisa menghiburnya, akan Elrio temukan. Sekalipun itu akan semakin menutup kesempatan Elrio untuk menjadikan Kara sebagai miliknya.

"Mau temuin dia sekarang?"

Sedikit semangat muncul dalam diri Kara. Meskipun tidak mungkin menemui Anka saat ini juga, tapi hanya dengan sebuah rencana, Kara sudah senang memikirkannya.

"Ayo."

"Hah!?"

Elrio sudah menggenggam tangan Kara. Ajakannya yang tiba tiba itu tentu mengejutkan. Maksud Elrio beneran saat ini juga? Tapi mereka masih bekerja. Jam istirahat tidak akan lama lagi berakhir. Tidak banyak waktu untuk bisa menemui Anka saat ini.

"Gue ada tugas diluar. Gue bakal minta izin buat pinjem lo ke pengawas lo dengan alesan temen temen gue gaada yang bisa anter. Lo tunggu diparkiran, gue ambil kunci motor dulu."

Kara masih bingung ditempatnya sampai Elrio menghilang dengan sangat cepat karena berlari. Jadi sekarang Kara akan bolos? Apa tidak terlalu berbahaya rencana Elrio ini? Jika ketahuan, nilai PKL Kara akan terancam. Lebih parah lagi jika Kara dikembalikan kesekolah secara tidak hormat.

Kara buru buru menggelengkan kepalanya. Mungkin Yayasan tidak akan sekejam itu. Untuk saat ini, Kara benar benar minta maaf, dia akan memilih bolos. Dia benar benar khawatir tentang keadaan Anka. Kara takut Anka sendirian, karena selama ini yang dia lihat hanya Anka yang mengandalkan dirinya sendiri.

Kara menuruti perintah Elrio sebelumnya, dia kini berada diparkiran yang terlihat penuh. Itu karena kendaraan anak anak
SMK Mahardika juga ada disana. Mereka tidak lagi membawa motor mereka ke kebun. Entah apa pemicunya, yang jelas bukan karena Kara. Saat itu malah protes Kara tidak ditimbal dengan baik oleh mereka.

Erlio berlari kecil, dia mengahampiri motor trail miliknya yang cukup mencolok diparkiran itu. Bukannya senang karena mendapat tumpangan gratis di motor yang keren, Kara malah menghembuskan nafas beratnya. Dia bisa benar benar membenci motor jenis itu, motor yang sama seperti milik sepupunya itu pernah membuat Kara hampir kejengkang. Benar benar tidak ramah penumpang.

The School Of CriminalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang